Untukmu, sebab dari kesedihanku malam ini.. "Aku tidak butuh kasihan dari orang lain." "Dan kadang yang ngomong gitu tuh anak kecil..""Eka salah satunya?""Iya".... Aku mengambil waktu begitu lama setiap membaca pesan-pesan darimu. Tidak bisa kugambarkan seperti apa ekspresiku saat itu, karena aku tak melihatnya. Tidak terpikirkan lagi untuk bercermin saat itu. Bahkan aku berani jamin otakku sempat mengalami kekosongan selama beberapa saat. Tidak ada yang dipikirkan selain terpaku menatap kosong layar ponselku.
Yang aku tahu, aku mematung selama sekian menit, dan membiarkan bola mataku bergerak ke kiri-kanan-kiri-kanan, membaca berulang-ulang setiap kalimat yang kamu kirimkan.
Ini lah sebabnya kenapa aku begitu lama membalas pesanmu.. :)
Aku tidak tahu, apakah kamu menyadari perubahan pada diriku saat itu? Karena, aku sendiri sadar, tidak biasanya aku mengambil jeda begitu lama hanya untuk membalas pesanmu. Padahal, biasanya aku selalu gesit menjawab dan bahkan terkesan tidak sabar :3, karena selalu semangat kalau ngobrol denganmu walau dalam keadaan ngantuk berat sekali pun ..
Lalu kenapa malam ini terasa berbeda? Apa kamu menyadari perbedaan itu...?
Hm..mungkin tidak.. :(
Itu karena aku tidak sanggup berpikir, dan tidak tahu harus merespon seperti apa..
Aku bahkan beberapa kali bersender di dinding dan terpekur di sana menatap layar ponselku.
Setiap kali akan menjawab pesan singkatmu, aku nyariiiissss mengirimkan jawaban panjang, yang isinya membuka semua isi hatiku tentangmu saat itu. Banyak kata, huruf yang ingin aku ejakan di sana ,.. namun setiap aku membaca ulang jawabanku, aku selalu merasa ada yang salah dan akhirnya menghapus kembali semua rentetan kata itu.
Pada akhirnya, aku hanya membalas semua pernyataanmu dengan pertanyaan-pertanyaan singkat, dengan emot ---> :)
Apa kamu sadar, kalau saat itu aku sedang berusaha keras agar terlihat baik-baik saja di matamu..?
....
...
--------------------------------
Ini semua berawal dari pertanyaan yang aku utarakan, "ada apa?" dan "kenapa?"
Dan ternyata, akibat dari dua pertanyaan itu, aku dianggap kepo, mengasihani orang ... dan juga dianggap anak kecil..
Aku berusaha tersenyum menanggapi semua yang ia katakan, berusaha memperlihatkan bahwa aku merasa baik-baik saja dengan semua pernyataannya itu.
Namun, aku tidak bisa memungkiri kalau hatiku menangis. Walau air mataku tak terlihat jatuh, itu hanya karena aku tidak ingin menjatuhkannya. Karena itu hanya akan membuatku lelah sendiri tanpa menghasilkan suatu keuntungan apapun.
Air mata tidak akan membuat kita menjadi kita kan?
Air mata tak akan membuat semua menjadi terasa baik-baik saja kan?
Air mata tak akan bisa melakukan apapun selain hanya membasahi bantalku kan?
Makanya,...aku berusaha tak mengeluarkan 'hal' tak berguna itu.
Tapi tahu kah? Saat mata tidak berbicara dengan air matanya, maka saat itu hatilah yang berbicara.
Ingin rasanya kusalahkan pencipta yang menciptakan air mata bersamaan dengan hati. Kenapa kedua hal ini harus saling bergandengan? Tak ada hati, air mata berbicara. Tak ada air mata, hati berbicara.
Sesungguhnya hati dan air mata memang diciptakan untuk satu sama lain.. :|
Tidak ada yang tahu, sampai detik ini aku mengalami kesakitan di hatiku. Rasa sakit seperti apa yang kurasakan..aku pun tak mampu mendeskripsikannya..
Mungkin, untuk sebagian orang, kalimat-kalimat yang aku tuliskan paling atas di sana, hanyalah kalimat biasa yang mungkin sering diucapkan orang banyak. Tapi, bagi aku kalimat itu sangat menyakitkan, karena diucapkan oleh salah satu orang yang aku sayang.. Ia, salah satu orang yang sudah menjadi bagian penting dalam pikiranku..
Aku tidak mengerti. Dan sampai detik aku menulis kalimat ini...aku masig tidak mengerti.
Apakah aku telah melakukan kesalahan dengan peduli padanya?
Apakah aku berdosa karena telah menyayanginya?
Apakah karena aku hanyalah seorang anak kecil?
Yup... ternyata aku hanya dianggap seorang anak kecil...
:)
...
Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan hal itu. Karena selama ini pun aku tidak pernah mengharapkan sesuatu dari orang ini. Aku hanya selaly ibgin ia baik-baik saja.. Hanya itu..
Tapi, ternyata kepedulianku itu dianggap salah di matanya. Dan itu jujur, membuatku sangat sedih..
Apakah cara aku menunjukkan kepedulianku salah?
Mungkin...
Tapi, aku juga tidak tahu, cara apalagi yang harus aku gunakan untuk menunjukkan bahwa ia adalah orang yang penting untukku, yang sudah menjadi bagian penting dalam pikiranku..
Bagaimana mungkin aku bisa bersikap pura-pura tidak tahu dan tidak peduli saat ia setiap hari dan nyaris setiap saat selalu mengupdate status yang membuatku jadi kepikiran terus tentangnya? :|
Ia tidak tahu, bahwa kata 'ada apa' dan 'kenapa' itu hanya sebagian kecil dari sejuta pertanyaan yang ingin aku lontarkan padanya.. Hanya saja, sayangnya keberanianku tuk bertanya padanya hanya bisa sebatas pada 'ada apa' dan 'kenapa' dan 'baik-baik saja'...
Aku tidak tahu kalau pertanyaan itu akan nengganggunya :(. Kalau saja aku tahu,..mungkin aku bisa mengendalikan diri untuk tak bertanya..
Tapi bagaimana mungkin aku bisa tahan untuk tidak bertanta, sementara ia selalu bersedih, bersedih, bersedih, dan bersedih!
Ia tidak tahu, betapa aku tersiksa membaca setiap kata demi kata yang ia ketik dengan jemarinya?
Ia tidak tahu, seberapa besarnya selama ini aku menahan diri untuk tak mencoba mencari tahu masalah apa yang ia alami, yg menyebabkan ia bersedih.. :(
Ia tidak tahu, aju terkadang menangis karena kesal dengan diriku sendiri yang tak bisa melakukan apa-apa untuk membuat ia tersenyum..
Dan semua itu ia simpulkan sebagai 'lebay' 'kepo' 'mengasihani dirinya' 'anak kecil yang selalu ingin tahu'
Aku tahu, aku tak bisa melakukan apa-apa untuknya. Aku setuju dengan perkataannya, tidak ada gunanya aku menanyakan masalah nya, karena pada akhirnya aku tak bisa melakukan suatu apapun yang bisa menyelesaikan masalah.
Dan aku pun mengakui itu, bahwa apapun masslah yang sedang ia alami, aku menang tidak akan mungkin bisa membantunya mencari jalan keluar...
Tetapi....walau pun begitu, harus kah ia menyimpulkan diriku seperti yang ia katakan? Harus kah ia berkata seperti itu?
Aku bukannya sakit hati... Hanya saja, aku sedih.. Cara satu-satunya yang aku punya sebagai unjuk dari perasaan sayangku padanya , ternyata dianggap 'hal' yang mengganggu..
Lalu, aku harus bagaimana?
Kupertanyakan juga pertanyaan ini padanya.
Dan ia hanya menjawab, "be yourself aja.."
Be yourself?
Diriku yang seperti apa lagi??
Ini lah aku.
Seperti ini lah cara aku menyayangi seseorang. Dan aku tidak tahu harus memakai cara apalagi selain ini. Lalu, kalau cara satu-satunya yang aku tahu ternyata menurutnga salah,...cara yang benar seperti apa?
Tapi, ia hanya membisu.
Tidak ia tunjukkan padaku jalan yang tepat... Tidak ia beritahukan padaku cara yang benar..
Apa itu artinya aku harus berhenti menyayanginya? Harus berhenti memikirkannya?
Sepertinya begitu...
Mungkin ia tidak nyaman,..atau tidak senang dengan segala hal yang kulakukan.. karena aku hanyalah seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa.. Yang tidak berhak 'mencoba' masuk ke dalam kehidupannya..
Huffh...
Semudah itu kah aku akan berhenti? Menghentikan segala tentang ia yang sampai detik ini bahkan madih berotasi di pikiranku?
Tentu sulit. Sama sulitnya dengan mencoba membuat ia menatapku..
Hm...
:)
It's okay...
Aku sudah tahu kalau hari ini akan fiba. Tepatnya detik ini. Hari, atau detik dimana aky harus melepaskannya dari pikiranku..dan dari hatiku..
Walau berat..
Hari dimana, aku akan berhenti mencoba menjadi sayap kirinya. Akan kubiarkan ia terbang sendiri sekarang. Membiarkan ia bebas mencari sayap kiri yang ia suka, yang mungkin akan lebih cocok disandingkan dengan sayap kanan yang ia punya.Yang bisa bergerak dengan imbang, agar ia bisa terus terbang menjalani hidupnya, tanpa terjatuh lagi. Dan sayap kiri itu..., jelas bukanlah sayapku.. :)
Rela?
Tentu saja ada rasa tak rela. ...
Namun, memang di dunia ini ada kalanya ketika terpaksa HARUS melepaskan sesuatu, walau pun tak rela.. Dan ini lah yang harus kulakukan... :)
Lebih baik melepaskan, daripada terus menggenggam ..
Ini juga yang pernah kukatakan padanya kemarin..
Tidak ada air mata yang menetes sampai detik ini aku menulis. Hanya bola mata hitamku saja yang terasa agak basah. Beruntungnya aku, basah itu tidak membentuk jadi gumpalan kecil air yang akan menetes dari sudut mata ..
Mungkin, karena sejak awal mengenalnya, aku sudah tahu akan tiba saatnya hal menyakitkan seperti ini, dan aku sudah memupuk kekuatan agar aku tidak menangis. Bisa dikatakan, aku sudah mempersiapkan dengan sangat baik, walau tidak ku sangka rasanya akan tetap sangat sakit ...
Di depa ia, aku hanya tersenyum dan tersenyum.
:)
Tidak ada gunanya aku menunjukkan luka atau kesedihan, karena aku yakin itu tidak akan membawa pengaruh apa pun.
Ia tak perlu tahu apa yang aku rasakan sekarang..
Ia cukup tahu aku sayang padanya.. (walau aku tak tahu apakah ia percaya akan 'sayang' itu atau tidak. ) ..
Lagipula, ia pernah mengatakan, 'aku benci wanita cengeng'. Maka itu, aku tak mau ia menganggap aku seorang anak kecil yang cengeng..
Air mataku ada untuknya, karena aku tak punya kemampuan untuk menahannya. Air mata, hasil dari pergolakan hati yang tidak rela melepaskan orang yang ia sayang..
Untukmu, .. sebab air mataku malam ini..Walau aku tahu kamu tak akan pernah membaca tulisan ini.. (ya iya... kamu kan tidak tahu blog ku -__-)
Aku hanya ingin kamu tahu... Aku tidak pernah berbohong saat aku berkata aku menyayangimu. Aku memiliki rasa sayang untukmu, yang aku tak tahu seberapa besarnya. Karena, Sayang itu bukan lah benda yang bisa dibandingkan atau pun diukur.. :)
Aku juga tak pernah mengenakan topeng selama mengenalmu. Kecuali...yah..saat aku sedang tersenyum menutupi luka yang selalu kamu gores ddngan jemarimu (entah dengan sengaja atau tidak). Namun, lepas dari itu... aku murni tak pernah mengenakan topeng. Aju menampilkan sosokku apa adanya di hadapanmu. Apa pun yang selama ini aku lakukan dan katakan padamu, itu jujur dan tulus, tanpa ada kepalsuan... Walau memsng tidak ada yang istimewa..
Mungkin, aku bukan seperti mereka yang pernah ada dalam hidupmu (entah di masa lalu, atau pun yang sekarang).. yang bisa membuat hari-harimu terasa sempurna..
Tapi, aku sudah berusaha menyayangimu sebaik yang aku bisa dengan caraku sendiri.
Dan aku tidak menyesal telah mengenalmu dan menyayangimu .. :)
Aku harap kamu tidak menyalah artikan maksud dan keputusanku.
Kuputuskan berhenti memikirkanmu, bukan karena aku menyerah tuk menyayangimu. Hanya saja, aku menyadari dan sangat tahu diri, diriku tak kamu harapkan sebagai orang yang mengisi sayap kirimu, dan sampai kapan pun aku tidak akan bisa membuatmu menatapku. Aku tak punya kemampuan untuk itu..
Bye...cumi. :)
**Sudah saatnya Bumi berhenti mengitari Matahari, dan detik itu juga disaat yang bersamaan wajtu di antara aku dan kamu turut berhenti. Sampai di sini**
Untukmu, sebab dari kesedihanku malam ini.. "Aku tidak butuh kasihan dari orang lain." "Dan kadang yang ngomong gitu tuh anak kecil..""Eka salah satunya?""Iya".... Aku mengambil waktu begitu lama setiap membaca pesan-pesan darimu. Tidak bisa kugambarkan seperti apa ekspresiku saat itu, karena aku tak melihatnya. Tidak terpikirkan lagi untuk bercermin saat itu. Bahkan aku berani jamin otakku sempat mengalami kekosongan selama beberapa saat. Tidak ada yang dipikirkan selain terpaku menatap kosong layar ponselku.
Yang aku tahu, aku mematung selama sekian menit, dan membiarkan bola mataku bergerak ke kiri-kanan-kiri-kanan, membaca berulang-ulang setiap kalimat yang kamu kirimkan.
Ini lah sebabnya kenapa aku begitu lama membalas pesanmu.. :)
Aku tidak tahu, apakah kamu menyadari perubahan pada diriku saat itu? Karena, aku sendiri sadar, tidak biasanya aku mengambil jeda begitu lama hanya untuk membalas pesanmu. Padahal, biasanya aku selalu gesit menjawab dan bahkan terkesan tidak sabar :3, karena selalu semangat kalau ngobrol denganmu walau dalam keadaan ngantuk berat sekali pun ..
Lalu kenapa malam ini terasa berbeda? Apa kamu menyadari perbedaan itu...?
Hm..mungkin tidak.. :(
Itu karena aku tidak sanggup berpikir, dan tidak tahu harus merespon seperti apa..
Aku bahkan beberapa kali bersender di dinding dan terpekur di sana menatap layar ponselku.
Setiap kali akan menjawab pesan singkatmu, aku nyariiiissss mengirimkan jawaban panjang, yang isinya membuka semua isi hatiku tentangmu saat itu. Banyak kata, huruf yang ingin aku ejakan di sana ,.. namun setiap aku membaca ulang jawabanku, aku selalu merasa ada yang salah dan akhirnya menghapus kembali semua rentetan kata itu.
Pada akhirnya, aku hanya membalas semua pernyataanmu dengan pertanyaan-pertanyaan singkat, dengan emot ---> :)
Apa kamu sadar, kalau saat itu aku sedang berusaha keras agar terlihat baik-baik saja di matamu..?
....
...
--------------------------------
Ini semua berawal dari pertanyaan yang aku utarakan, "ada apa?" dan "kenapa?"
Dan ternyata, akibat dari dua pertanyaan itu, aku dianggap kepo, mengasihani orang ... dan juga dianggap anak kecil..
Aku berusaha tersenyum menanggapi semua yang ia katakan, berusaha memperlihatkan bahwa aku merasa baik-baik saja dengan semua pernyataannya itu.
Namun, aku tidak bisa memungkiri kalau hatiku menangis. Walau air mataku tak terlihat jatuh, itu hanya karena aku tidak ingin menjatuhkannya. Karena itu hanya akan membuatku lelah sendiri tanpa menghasilkan suatu keuntungan apapun.
Air mata tidak akan membuat kita menjadi kita kan?
Air mata tak akan membuat semua menjadi terasa baik-baik saja kan?
Air mata tak akan bisa melakukan apapun selain hanya membasahi bantalku kan?
Makanya,...aku berusaha tak mengeluarkan 'hal' tak berguna itu.
Tapi tahu kah? Saat mata tidak berbicara dengan air matanya, maka saat itu hatilah yang berbicara.
Ingin rasanya kusalahkan pencipta yang menciptakan air mata bersamaan dengan hati. Kenapa kedua hal ini harus saling bergandengan? Tak ada hati, air mata berbicara. Tak ada air mata, hati berbicara.
Sesungguhnya hati dan air mata memang diciptakan untuk satu sama lain.. :|
Tidak ada yang tahu, sampai detik ini aku mengalami kesakitan di hatiku. Rasa sakit seperti apa yang kurasakan..aku pun tak mampu mendeskripsikannya..
Mungkin, untuk sebagian orang, kalimat-kalimat yang aku tuliskan paling atas di sana, hanyalah kalimat biasa yang mungkin sering diucapkan orang banyak. Tapi, bagi aku kalimat itu sangat menyakitkan, karena diucapkan oleh salah satu orang yang aku sayang.. Ia, salah satu orang yang sudah menjadi bagian penting dalam pikiranku..
Aku tidak mengerti. Dan sampai detik aku menulis kalimat ini...aku masig tidak mengerti.
Apakah aku telah melakukan kesalahan dengan peduli padanya?
Apakah aku berdosa karena telah menyayanginya?
Apakah karena aku hanyalah seorang anak kecil?
Yup... ternyata aku hanya dianggap seorang anak kecil...
:)
...
Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan hal itu. Karena selama ini pun aku tidak pernah mengharapkan sesuatu dari orang ini. Aku hanya selaly ibgin ia baik-baik saja.. Hanya itu..
Tapi, ternyata kepedulianku itu dianggap salah di matanya. Dan itu jujur, membuatku sangat sedih..
Apakah cara aku menunjukkan kepedulianku salah?
Mungkin...
Tapi, aku juga tidak tahu, cara apalagi yang harus aku gunakan untuk menunjukkan bahwa ia adalah orang yang penting untukku, yang sudah menjadi bagian penting dalam pikiranku..
Bagaimana mungkin aku bisa bersikap pura-pura tidak tahu dan tidak peduli saat ia setiap hari dan nyaris setiap saat selalu mengupdate status yang membuatku jadi kepikiran terus tentangnya? :|
Ia tidak tahu, bahwa kata 'ada apa' dan 'kenapa' itu hanya sebagian kecil dari sejuta pertanyaan yang ingin aku lontarkan padanya.. Hanya saja, sayangnya keberanianku tuk bertanya padanya hanya bisa sebatas pada 'ada apa' dan 'kenapa' dan 'baik-baik saja'...
Aku tidak tahu kalau pertanyaan itu akan nengganggunya :(. Kalau saja aku tahu,..mungkin aku bisa mengendalikan diri untuk tak bertanya..
Tapi bagaimana mungkin aku bisa tahan untuk tidak bertanta, sementara ia selalu bersedih, bersedih, bersedih, dan bersedih!
Ia tidak tahu, betapa aku tersiksa membaca setiap kata demi kata yang ia ketik dengan jemarinya?
Ia tidak tahu, seberapa besarnya selama ini aku menahan diri untuk tak mencoba mencari tahu masalah apa yang ia alami, yg menyebabkan ia bersedih.. :(
Ia tidak tahu, aju terkadang menangis karena kesal dengan diriku sendiri yang tak bisa melakukan apa-apa untuk membuat ia tersenyum..
Dan semua itu ia simpulkan sebagai 'lebay' 'kepo' 'mengasihani dirinya' 'anak kecil yang selalu ingin tahu'
Aku tahu, aku tak bisa melakukan apa-apa untuknya. Aku setuju dengan perkataannya, tidak ada gunanya aku menanyakan masalah nya, karena pada akhirnya aku tak bisa melakukan suatu apapun yang bisa menyelesaikan masalah.
Dan aku pun mengakui itu, bahwa apapun masslah yang sedang ia alami, aku menang tidak akan mungkin bisa membantunya mencari jalan keluar...
Tetapi....walau pun begitu, harus kah ia menyimpulkan diriku seperti yang ia katakan? Harus kah ia berkata seperti itu?
Aku bukannya sakit hati... Hanya saja, aku sedih.. Cara satu-satunya yang aku punya sebagai unjuk dari perasaan sayangku padanya , ternyata dianggap 'hal' yang mengganggu..
Lalu, aku harus bagaimana?
Kupertanyakan juga pertanyaan ini padanya.
Dan ia hanya menjawab, "be yourself aja.."
Be yourself?
Diriku yang seperti apa lagi??
Ini lah aku.
Seperti ini lah cara aku menyayangi seseorang. Dan aku tidak tahu harus memakai cara apalagi selain ini. Lalu, kalau cara satu-satunya yang aku tahu ternyata menurutnga salah,...cara yang benar seperti apa?
Tapi, ia hanya membisu.
Tidak ia tunjukkan padaku jalan yang tepat... Tidak ia beritahukan padaku cara yang benar..
Apa itu artinya aku harus berhenti menyayanginya? Harus berhenti memikirkannya?
Sepertinya begitu...
Mungkin ia tidak nyaman,..atau tidak senang dengan segala hal yang kulakukan.. karena aku hanyalah seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa.. Yang tidak berhak 'mencoba' masuk ke dalam kehidupannya..
Huffh...
Semudah itu kah aku akan berhenti? Menghentikan segala tentang ia yang sampai detik ini bahkan madih berotasi di pikiranku?
Tentu sulit. Sama sulitnya dengan mencoba membuat ia menatapku..
Hm...
:)
It's okay...
Aku sudah tahu kalau hari ini akan fiba. Tepatnya detik ini. Hari, atau detik dimana aky harus melepaskannya dari pikiranku..dan dari hatiku..
Walau berat..
Hari dimana, aku akan berhenti mencoba menjadi sayap kirinya. Akan kubiarkan ia terbang sendiri sekarang. Membiarkan ia bebas mencari sayap kiri yang ia suka, yang mungkin akan lebih cocok disandingkan dengan sayap kanan yang ia punya.Yang bisa bergerak dengan imbang, agar ia bisa terus terbang menjalani hidupnya, tanpa terjatuh lagi. Dan sayap kiri itu..., jelas bukanlah sayapku.. :)
Rela?
Tentu saja ada rasa tak rela. ...
Namun, memang di dunia ini ada kalanya ketika terpaksa HARUS melepaskan sesuatu, walau pun tak rela.. Dan ini lah yang harus kulakukan... :)
Lebih baik melepaskan, daripada terus menggenggam ..
Ini juga yang pernah kukatakan padanya kemarin..
Tidak ada air mata yang menetes sampai detik ini aku menulis. Hanya bola mata hitamku saja yang terasa agak basah. Beruntungnya aku, basah itu tidak membentuk jadi gumpalan kecil air yang akan menetes dari sudut mata ..
Mungkin, karena sejak awal mengenalnya, aku sudah tahu akan tiba saatnya hal menyakitkan seperti ini, dan aku sudah memupuk kekuatan agar aku tidak menangis. Bisa dikatakan, aku sudah mempersiapkan dengan sangat baik, walau tidak ku sangka rasanya akan tetap sangat sakit ...
Di depa ia, aku hanya tersenyum dan tersenyum.
:)
Tidak ada gunanya aku menunjukkan luka atau kesedihan, karena aku yakin itu tidak akan membawa pengaruh apa pun.
Ia tak perlu tahu apa yang aku rasakan sekarang..
Ia cukup tahu aku sayang padanya.. (walau aku tak tahu apakah ia percaya akan 'sayang' itu atau tidak. ) ..
Lagipula, ia pernah mengatakan, 'aku benci wanita cengeng'. Maka itu, aku tak mau ia menganggap aku seorang anak kecil yang cengeng..
Air mataku ada untuknya, karena aku tak punya kemampuan untuk menahannya. Air mata, hasil dari pergolakan hati yang tidak rela melepaskan orang yang ia sayang..
Untukmu, .. sebab air mataku malam ini..Walau aku tahu kamu tak akan pernah membaca tulisan ini.. (ya iya... kamu kan tidak tahu blog ku -__-)
Aku hanya ingin kamu tahu... Aku tidak pernah berbohong saat aku berkata aku menyayangimu. Aku memiliki rasa sayang untukmu, yang aku tak tahu seberapa besarnya. Karena, Sayang itu bukan lah benda yang bisa dibandingkan atau pun diukur.. :)
Aku juga tak pernah mengenakan topeng selama mengenalmu. Kecuali...yah..saat aku sedang tersenyum menutupi luka yang selalu kamu gores ddngan jemarimu (entah dengan sengaja atau tidak). Namun, lepas dari itu... aku murni tak pernah mengenakan topeng. Aju menampilkan sosokku apa adanya di hadapanmu. Apa pun yang selama ini aku lakukan dan katakan padamu, itu jujur dan tulus, tanpa ada kepalsuan... Walau memsng tidak ada yang istimewa..
Mungkin, aku bukan seperti mereka yang pernah ada dalam hidupmu (entah di masa lalu, atau pun yang sekarang).. yang bisa membuat hari-harimu terasa sempurna..
Tapi, aku sudah berusaha menyayangimu sebaik yang aku bisa dengan caraku sendiri.
Dan aku tidak menyesal telah mengenalmu dan menyayangimu .. :)
Aku harap kamu tidak menyalah artikan maksud dan keputusanku.
Kuputuskan berhenti memikirkanmu, bukan karena aku menyerah tuk menyayangimu. Hanya saja, aku menyadari dan sangat tahu diri, diriku tak kamu harapkan sebagai orang yang mengisi sayap kirimu, dan sampai kapan pun aku tidak akan bisa membuatmu menatapku. Aku tak punya kemampuan untuk itu..
Bye...cumi. :)
**Sudah saatnya Bumi berhenti mengitari Matahari, dan detik itu juga disaat yang bersamaan wajtu di antara aku dan kamu turut berhenti. Sampai di sini**