Aku hanya bisa memandang kagum dan penuh rasa iri saat kedua kaki jenjangnya yang mulus berjalan melewatiku.
Lalu, kupandang kakiku sendiri yang begitu pendek dan gemuk. Dengan jari-jari yang besar, dan bulu-bulu lebat yang menghiasi kulitku.
Betapa Tuhan tak adil.
Itu adalah apa yang selalu ada di benakku kala melihatnya, Anne, putri majikanku.
Terlahir begitu berbeda, itu lah kami. Rambutnya yang panjang, hitam kemilau, tergerai indah mempesona. Hidungnya tinggi, dan bola matanya sangat memikat. Satu kata untuknya. Sempurna.
Sedangkan aku hanya memiliki hidung yang sangat pesek dan jelek, tak layak dibanggakan. Rahangku begitu besar, tak seperti Anne yang memiliki rahang kecil membuatnya jadi terlihat manis.
"Beb, sudah lama?" tanyanya manja pada seorang laki-laki yang sedari tadi menunggunya di beranda rumah.
Seakan hidupnya belum cukup sempurna, ia juga memiliki seorang kekasih yang sangat tampan.
Hatiku terasa sesak. Aku tak bisa mungkir, telah jatuh cinta pada kekasih majikanku sendiri sejak pandangan pertama. Kenapa Anne memiliki semua yang tak bisa kumiliki?
"Ivy," Anne menegurku prihatin, sadar aku sedang memperhatikannya. Ia mendekat dan meraihku ke dalam pelukan. Kenapa? Apa ia tahu aku sedang patah hati karenanya?
"Ivy kok diam saja dari tadi? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanyanya cemas. "Kamu lapar? Sebentar ya." Ia meraih sebuah pisang yang ada di dekat sebuah kandang bertuliskan 'Monkey's Home', dan memberikannya padaku.
Sangat berbedanya kami.
Aku hanya bisa memandang kagum dan penuh rasa iri saat kedua kaki jenjangnya yang mulus berjalan melewatiku.
Lalu, kupandang kakiku sendiri yang begitu pendek dan gemuk. Dengan jari-jari yang besar, dan bulu-bulu lebat yang menghiasi kulitku.
Betapa Tuhan tak adil.
Itu adalah apa yang selalu ada di benakku kala melihatnya, Anne, putri majikanku.
Terlahir begitu berbeda, itu lah kami. Rambutnya yang panjang, hitam kemilau, tergerai indah mempesona. Hidungnya tinggi, dan bola matanya sangat memikat. Satu kata untuknya. Sempurna.
Sedangkan aku hanya memiliki hidung yang sangat pesek dan jelek, tak layak dibanggakan. Rahangku begitu besar, tak seperti Anne yang memiliki rahang kecil membuatnya jadi terlihat manis.
"Beb, sudah lama?" tanyanya manja pada seorang laki-laki yang sedari tadi menunggunya di beranda rumah.
Seakan hidupnya belum cukup sempurna, ia juga memiliki seorang kekasih yang sangat tampan.
Hatiku terasa sesak. Aku tak bisa mungkir, telah jatuh cinta pada kekasih majikanku sendiri sejak pandangan pertama. Kenapa Anne memiliki semua yang tak bisa kumiliki?
"Ivy," Anne menegurku prihatin, sadar aku sedang memperhatikannya. Ia mendekat dan meraihku ke dalam pelukan. Kenapa? Apa ia tahu aku sedang patah hati karenanya?
"Ivy kok diam saja dari tadi? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanyanya cemas. "Kamu lapar? Sebentar ya." Ia meraih sebuah pisang yang ada di dekat sebuah kandang bertuliskan 'Monkey's Home', dan memberikannya padaku.
Sangat berbedanya kami.