Sumpah...langkah terberat rasanya yang pernah kujalani!!
Tapi, aku berusaha menenangkan diri... *tarik napas-hembuskan napas* Hufhhh...
Dengan ditemani dua sahabat terbaikku, akhirnya aku memberanikan diri untuk pergi 'mencari' dokter gigi.
Yup...masih dalam tahap 'mencari' hehehe..
Aku memang sudah dua bulan ini sibuk mencari-cari dokter gigi yang 'bagus' untuk menjadi tempatku mengeksekusi 'para gigi'ku.
Sebenarnya keluhan pada gigi sih nggak ada. Tapi gigiku ada yang berlubang, dan aku ingin membereskannya secepat mungkin sebelum menjadi parah berkepanjangan. Hanya saja 'keberanian ke dokter gigi' ini yang sudah terniatkan dari akhir tahun lalu, belum juga terealisasikan. >.<
Akhirnya, hari ini lah aku memantapkan diriku! Meneguhkan hati, bahwa aku harus pergi ke dokter gigi sekarang juga! Lagipula mumpung liburan semester (walau liburnya cuma seminggu huhu), dan minggu depan sudah masuk semester baru, jadi aku memutuskan POKOKNYA sebelum masuk semester baru aku sudah harus 'membereskan apapun masalah gigiku'.
Lagipula tadinya aku mikir, mencari dokter gigi malam-malam gini belum tentu nemu yang langsung cocok...hehe. Jadi, ada 'harapan' juga di hati sih agar jangan sampai nemu dokter gigi malam ini. Soalnya mentalku belum siap sepenuhnya!! >.<
Kenapa aku begitu takut ke dokter gigi dan begitu pemilih?? Sampai-sampai aku menggerakkan 'pasukan' sahabat-sahabatku untuk ikut mencari tahu dokter gigi mana di daerah itu yang bagus, bahkan aku sampai menghubungi Kak Dewi, salah satu kenalanku yang seorang dokter (tapi bukan dokter gigi), menanyakan padanya kira-kira tahu nggak dokter gigi yang bagus? Pikiranku waktu itu sih karena dia dokter jadi mungkin saja kan ada kenalan dokter gigi yang baik hati..hehe
Dia awalnya mengaku nggak tahu, dan nggak punya kenalan, tapi ternyata Mamanya bilang ada dokter gigi yang bagus, Mamanya kenal. Dia kasih tahu aku nama dokternya (yang ternyata cowok) dan alamatnya. Wah kebenaran nih alamatnya dekat rumahku! Walau sebenarnya aku sudah agak pesimis, karena yang aku cari adalah dokter perempuan, bukan dokter laki-laki. Bukan karena apa sih...hanya saja dari pengalaman-pengalamanku yang sebelumnya, aku nggak suka dengan dokter cowok. Apalagi biasanya dokter cowok, tuh masih muda dan ganteng-ganteng..hihihih... Tengsin amat kan kalau dilihat gigiku yang pada rusak ini? >.<
Tapi, alasan sebenarnya lagi sih...karena aku memang merasa nggak nyaman dengan laki-laki. Karena aku merasa jadi susah untuk berkomunikasi. Maka itu, aku mencari dokter gigi perempuan, seorang ibu separuh baya, yang HARUS baik hati, ramah, dan lembut. Hihihi... ya oloh, gaya amat ya aku, mau periksa gigi saja banyak banget persyaratan untuk 'dokter gigi'nya. Benar-benar pemilih banget hehe.
Iya sih... soalnya aku punya 'trauma ' pada dokter gigi. Jadi, dulu waktu SMA, aku pernah periksa gigi ke seorang dokter. Perempuan sih, dan baik juga (setidaknya sama aku yang adalah pasiennya). Tapi, dia telah melakukan hal yang menurutku 'SALAH' banget! Dia nyabut 3 gigiku!!
Huhuhu.... *nangis*
Dan Om ku yang kebetulan orang kesehatan, dan kenal dengan dokter itu, marah banget pas tahu! Karena dia sembarangan nyabut gigi orang. Huhuhu...
Dan aku juga dimarahin Om-ku sih.. karena menurut Om ku harusnya kalau aku punya masalah di gigi, jangan pergi sembarangan ke dokter gigi. Kalau perlu lapor ke Om ku saja, karena Om ku punya banyak kenalan dokter gigi ternama dan bagus. Anaknya dulu juga pernah kecelakaan dan tiga gigi depannya patah PARAH. Tapi bisa diatasi tanpa harus cabut gigi, cukup diberi sambungan gigi, dan kualitasnya sama dengan gigi asli lohh. Walau itu gigi buatan, sama sekali tidak kayak gigi buatan. Terbukti, sepupuku itu (anak Om ku itu) mampu melahap tiga jagung bakar pas tahun baru kemarin hehehe.. Aku terpana melihat ia mampu menggigiti jagung itu.
Yah...beda denganku yang giginya udah dicabut tiga dan harus pakai gigi palsu *nangis lagi*.
Makanya sejak itu aku semakin parno dengan yang namanya dokter gigi, sehingga saat akan ke dokter gigi lagi aku menentukan banyak persyaratan, dokter gigi SEPERTI APAKAH yang boleh mengutak-atik mulutku hehe.
Sebenarnya, setahun yang lalu aku pernah coba ke dokter gigi yang disarankan sepupuku, karena katanya bagus. Tapi.... hm... dokter giginya laki-laki muda dan ganteng pula -_- huhu. Bukannya senang, aku malah tekanan batin.
Lagipula secara kualitas, aku merasa dia kurang bagus. Aku kan nambal gigi di dia bulan Februari 2011 kemarin. Eh, Bulan Juli tambalannya patah secuil -_-. Jelek banget sih tambalannya..huhuhu.Padahal kan baru berumur 6 bulan.
Sejak itu aku nggak mau lagi kembali ke tempat itu dan semakin mengetatkan peraturanku 'untuk tipe dokter gigi seperti apa yang harus kudatangi.'
Malam ini, sepakatlah aku bersama dua sahabatku jalan kaki mencari dokter gigi. Rencananya ingin mencari dokter gigi 'laki-laki' yang disarankan Kak Dewi, tapi... bukan jadi prioritasku. Aku tetap mencari-cari dokter gigi perempuan, sedangkan dokter gigi yang disarankan Kak Dewi ini akan aku jadikan cadangan kalau-kalau aku nggak bisa mendapatkan dokter gigi yang kuinginkan.
Jadilah, selama perjalanan di tepi jalan besar, aku memperhatikan setiap palang di pinggir jalan. Karena jalan besar, di kiri-kanan jalan memang bertebaran supermarket, dan segala apotik, dan toko-toko serta warung makan. Jadi, aku yakin, dari semuanya yang ada, pasti ada tersempil dokter gigi di sini. Di tiap apotik juga biasanya ada dokter giginya kan.
Palang pertama yang aku temukan, aku lihat... 'Dr.Adi blablabla". Ah, dari namanya sudah jelas laki-laki. Lewat!! Aku kembali jalan sambil ngobrol-ngobrol dengan dua sahabatku. Sepanjang jalan kami nggak menemukan lagi palang dokter gigi huhu. Rina sudah membujukku untuk 'mau periksa' di dokter gigi yang namanya dokter Adi itu. Tapi, aku langsung bilang 'OGAH'. Pokoknya say NO, untuk doker gigi laki-laki huhu.
Kami pun kembali jalan...dan... eh aku lihat di sebrang jalan ada apotik yang sangat ramai pengunjung (beda dengan apotik pertama tadi yang sepi hehe). Penuh dan ramai banget deh tuh apotiknya. Di kursi duduk berjejer para pengunjung (entah ngapain). Dan ada juga yang hilir mudik, keluar masuk apotik. Aku yakin pasti ada dokter giginya di sana. Kugandeng lah dua sahabatku untuk menyebrang jalan, dan langsung memperhatikan palang-palang yang ada di depan apotik. Ada berbagai nama dokter di sana, ada dokter kandungan, dokter umum, penyakit dalam..dll.. dan ada... ini dia!! Dokter gigi! Perempuan pula! Huhuhu
Awalnya sempat deg-degan sih dan aku mulai keringat dingin. Tapi ku pikir, aku sudah menemukan dokter perempuan, lalu alasan apalagi yang bisa kupakai untuk terhindar dari 'eksekusi' ini???
Nggak ada!
Karena dua sahabatku sudah menarikku masuk..huhu.
Akhirnya setelah bertanya-tanya dimana ruangan dokter giginya, kami pun naik ke lantai atas, dan ruang tunggunya kosong melompong! Hahaha
Aku sudah deg-degan... duh.. kok sepi?? Biasanya kan kalau sepi pasien, berarti dokternya nggak laku dong ya?? Begitu asumsiku. Dan kalau nggak laku, berarti dokternya nggak bagus kan? Huhuhu...
Aaaakk...aku makin keringat dingin dan deg-degan banget!!
Kami bertiga pun duduk di kursi yang ada di depan ruangan dokter gigi. Tulisan di pintunya masih 'closed'.
Rina mencoba menenangkanku, "Mungkin belum ada pasien yang datang karena memang belum buka dokternya.."
Rina bermaksud mematahkan kecemasanku tentang 'dokter ini nggak laku'. Tapi, aku tetap saja cemas. Masalahnya ini jam setengah 7, masa iya belum buka??
Kata Rina lagi, "Mungkin sholat Maghrib dulu di rumahnya."
Huhu..ya udah aku iya-iya aja deh.
Sambil nunggu dengan gelisah, sementara dua sahabatku sibuk dengan ponselnya masing-masing, Rina online, dan kak Iren nonton TV pakai ponselku, aku hanya bisa duduk gelisah sendiri. Nggak tenang banget pokoknya!! >.< Udah kayak lagi mau di hukum gantung huhuhu..
Nggak lama tahu-tahu ada wanita muda (sangat muda sekali) berjilbab, pakai seragam putih kayak suster gitu, lewat di depan kami dan membuka pintu ruangan dokter gigi, lalu masuk.
Aku dan sahabatku langsung saling berpandangan. Itu dokter giginya???
Aaakkk! Aku makin gelisah.
Memang sih perempuan seperti yang kumau... tapi dia bukan ibu-ibu!! Dia mungkin gadis muda berumur 23-24 tahunan huhuhu.. Entah ya, aku merasa kayak nggak nyaman aja kalau seandainya harus periksa gigi ke dia. Kok rasaya aku lebih afdol kalau dokter giginya udah tua gitu, bukan yang muda gini..huhu
Kami pun menunggu lagi dengan bingung... kok kayaknya nggak ada tanda-tanda kita bakal masuk juga ya ?? Apalagi tulisan di pintu ruangan dokter giginya udah berubah jadi 'OPEN'. So, boleh masuk kan ya?? Tapi aku bingung juga, masa iya aku main nyelonong aja masuk??
Kalau dari pengalamanku ke dokter gigi, biasanya aku harus daftar dulu, terus terima nomor antri. Biasanya daftarnya sore, trus periksanya malam, karena yang ngantri banyaakkkk! Sering aku dapat nomor antri yang akhirnya baru dipanggil ketika sudah jam 11 malam huhuhuhu
Trus, dokter gigi laki-laki ku yang sebelumnya juga begitu. Nggak pakai daftar sih.. tapi tetap saja antri, karena banyak pasien. Karena nggak pakai nomor antri itu lah, jadi pasien yang ngantri ya suka-suka aja siapa yang mau masuk. Karena rata-rata pasien dokter gigi pasti 'penakut' hihi.. biasanya kami suka 'oh silahkan saja duluan, saya habis ini' hihi..rata-rata begitu soalnya pada takut juga dieksekusi di kursi astronot atau biasa aku sebut kursi 'panas' (kursi untuk kita berbaring pas lagi diperiksa gigi itu hehe). Dan aku selalu saja jadi yang terakhir..karena ya aku memang paling pnakut!! Haha,
Tapi untuk yang kali ini aku bingung. Secara yang ada di ruang tunggu cuma aku, dan dua sahabatku. Jadi, apa tunggu dipanggil atau masuk aja gitu 'nyelonong'?
Aku mencoba menunggu lagi. Rencananya kalau jam 8 ke atas aku belum dipanggil juga, baru lah aku akan masuk.
Eh..nggak lama, ada seorang ibu-ibu separuh baya pakai kemeja batik warna cokelat muda, berjilbab, pakai kacamata, agak gemuk (ukuran ibu-ibu lah), lewat di depan kami dan masuk ke ruangan. Dari penampilannya sih semua orang pasti tahu lah...dia dokter!!
Aku langsung nyaris memekik girang,..! hihi.
Rina juga kegirangan (mungkin karena melihat mukaku yang girang). "Berarti itu dokternya ibu-ibu. Yang tadi mungkin perawat/asistennya."
Aku menarik napas lega... hihihi. Jadi, gadis muda tadi ternyata bukan dokternya.
Lalu, terdengar suara pintu ruangan terbuka, dan gadis muda tadi muncul sambil tersenyum ke kami. "Siapa yang mau periksa gigi? Silahkan masuk.." katanya.
Langsung ini jantungku 'nyessss...' rasanya kedua kakiku lemas ...
Ini saatnya 'kematian' tiba...huhuhu..
Dengan berat hati aku berdiri, dan dua sahabatku yang mungkin kasihan meihat mukaku yang mulai pucat, menyemangatiku. Aku masuk ke ruangan dengan deg-degan berat! Sumpah!
Dokternya tersenyum 'menenangkan' saat aku masuk, mungkin dia bisa melihat ketakutanku. Aku langsung saja duduk di depannya, dan mulai cerita semua masalah yang ada pada gigiku.
"Gigi saya banyak yang rusak, Dok.. Tapi saya takut dicabut..huhu. Nggak dicabut kan, Dok?? Jangan dicabut ya, Dok.."
Aku nggak bisa mengendalikan ocehanku, itu semua keluar dengan sendirinya. Di lain sisi aku ingin jujur tentang gigiku, dan di lain sisi aku takut. Jadinya aku terdengar memelas-meleas ke dokternya seakan menunjukkan permohonan 'please, sebisa mungkin selamatkan gigi saya huhuhu. Jangan sampai dicabuuut! Gigi saya udah ompong tiga nih huhuhu...'
Dokternya (yang mungkin melihat aku sudah pucat dan ngoceh-ngoceh ketakutan gitu) dengan wajah menenangkan dan nada lembut berkata,"Iya, kita periksa dulu ya.. Ayo, duduk di sini. Kita lihat giginya. Kalau masih bisa ditambal, kita tambal.Kalau nggak, ntar kita buat gigi sambungan, nggak dicabut kok giginya.."
Duh.. di sini aku langsung mulai agak tenang. Karena suara ibunya lembut, keibuan banget. Ini yang kuinginkan!! Dan di titik ini aku sudah yakin banget! Dia lah dokter yang aku cari! Dia dokter yang baik, aku bisa melihatnya...huhu
Masih dengan cemas, dan keringat dingin plus deg-degan berat, aku melangkah ke kursi astronot 'mematikan' itu dan berbaring di sana. Dokternya suruh aku buka mulut, mulai periksa seluruh gigiku, dan dia juga ngajak aku ngobrol hal-hal yang menyenangkan. Pokoknya aku senang banget!
Biasanya dokter gigi kan suka cenderung 'menjatuhkan mental' dan memberikan 'tekanan batin' pada pasiennya. Mulai dari komentar sinisnya soal gigi kita yang rusak lah...trus perkataan-perkataan yang rada mengejek, yang mungkin maksudnya bercanda, tapi buat pasien (seperti aku) itu menyebalkan dan memberikan tekanan batin, plus mental jadi down.. huhu.
Nah, dokterku yang ini sama sekali nggak seperti itu. Ia telaten memeriksa gigiku sambil bertanya lembut tentang 'aku kuliah dimana', 'tinggal dimana dan sama siapa', 'kenapa milih jurusan itu' dll.. Sama sekali nggak nyinggung soal gigi, kecuali kalau ada saran-saran yang ingin dia katakan. Kayak, "Ini giginya nggak dicabut kok. Cuma ditambal aja." katanya menenangkan. "Tapi... ini dua gigi geraham bawah harus dicabut yaa.."
Aku nggak kaget dengarnya, karena aku yang sebagai orang awam saja udah tahu banget kalau dua gigiku yang itu memang udah nggak tertolong lagi. Udah tinggal akar gigi huhu. Sebenarnya sama dokter-dokterku yang sebelumnya udah sering disuruh cabut, tapi aku terus 'melarikan diri' dari pencabutan gigi..hehe
Sampai sekarang pun, tetap yah ada rasa TAKUT huhu. Walau dokter yang ini baik, ramah, dan sangat lembut, tapiii...rasa takut dicabut giginya itu tetap saja menghantuiku!! >.<
Aku pernah cabut gigi, jadi aku tahu bagaimana rasa sakitnya huhu. Belum lagi nih gigi geraham. Kalau dulu kan aku cabut giginya masih gigi utuh. Nah..yang ini?? Tinggal akar gigi doang!! bagaimana coba? Aku tuh ngebayanginnya, gimana caranya ya cabut gigi yang tinggal akarnya? Apakah akan lebih sakit dari 'cabut gigi' sebelumnya??
Selama aku bertanya-tanya dalam hati itu, si dokter gigi sedang sibuk membersihkan karang gigiku (aku yang minta). Di sela-sela pembersihan, aku bertanya, "Dok.. masa harus dicabut, dok?? (pertanyaan yang goblok memang hehe. Tapi itu keluar dengan sendirinya dari mulutku, mungkin karena saking takutnya ). Huhu...takut, Dok... takut cabut gigi.."
Dokternya kai ini berkata dengan tegas, tapi tetap dengan suara lembut dan tenang. "Demi kebaikan, itu harus.."
Singkat jawabannya, tapi berhasil bikin aku diam. Karena aku sendiri memang sadar kalau dua gigiku yang itu memang mesti dicabut.
Kak Dewi sendiri bilang memang HARUS cabut demi kebaikan, karena itu bisa bawa penyakit. Jantung, misalnya. Karena gigi berlubang itu kan pasti ada bakterinya. Bahaya.
Aku pernah nanya ke Kak Dewi, "Tapi kok banyak yang giginya sering sakit (berarti kan berlubang), dia masih sehat-sehat aja?"
Kata kak Dewi, "Itu cuma faktor luck aja. Dan dia harus bersyukur karena gigi berlubangnya itu nggak membahayakan dirinya. Tapi kan alangkah baiknya kalau pencegahan dini demi kesehatan?"
Iya sih.. Hiks...
Cuma...duh....takutttt...
Back to the story..
Selesai pembersihkan karang gigi, dokternya bilang, "selesai.."
Dan penambalan akan dilakukan besok malam, jadi aku disuruh balik lagi..huhu.
Saat akan pembayaran, aku sekalian konsultasi soal gigi.. Nanya kenapa gigiku kok gampang banget bermasalah?
Kata dokternya biasanya selain karena 'mungkin' waktu sikat gigi kurang bersih, aku juga ada masalah di tulang. Katanya sih aku kekurangan vitamin B, jadi tulangku 'kurang kuat' dan gampang keropos, dan itu mempengaruhi gigi juga. Jadilah, gigiku juga gampang rusak, apalagi kalau kurang bersih dalam menyikatnya. Aku dikasih resep untuk beli obat buat 'tulang' itu, dan juga obat kumur. Lalu oleh dokternya aku juga disuruh WAJIB sikat gigi tiga kali, dan sebisa mungkin setiap habis makan!!
"Kamu sikat giginya habis sarapan, lalu habis makan siang, dan habis makan malam atau sebelum tidur. Jadi, sebisa mungkin setiap habis makan, kamu sikat gigi."
Hah???
Ya ampun,,... itu ngebayanginnya aja aku udah malas banget..
Bukannya malas sikat gigi atau gimana... tapi bayangin coba...tiap habis makan sikat gigi?? huhuhuhu... Melelahkan...
Apalagi aku orangnya doyan nyemil, jadi sudah pasti hampir tiap saat aku mengunyah makanan.
Tapi ya udah lah...demi gigi, aku coba menyanggupi huhu.
Gigi oh gigi... kenapa gigiku kok kayaknya beda sama gigi orang gitu ya? Orang-orang (teman-temanku) kayaknya sikat gigi cuma sekali dua kali, nggak sering-sering amat. Nggak pernah juga membersihkan karang gigi. Tapi, gigi mereka baik-baik saja..huhu.. Kok gigiku malah perawatannya ketat banget, harus sering sikat gigi tiap habis makan, dan harus minum obat penguat tulang pula huhuhuh -_-
Dokternya juga nyuruh aku pakai sikat gigi yang 'medium', jangan yang 'soft..'
Dokternya juga bilang kalau gigi aku ini faktor keturunan, jadi memang ada 'masalah' secara genetik, maka itu perawatannya mesti extra, jangan disamakan dengan gigi-gigi temanku yang bagus-bagus..huhu. Seharusnya aku rajin periksa setiap 6 bulan sekali katanya, karena gigi aku ini benar-benar butuh perlakuan khusus demi pencegahan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut, dan kalau ada masalah juga bisa segera diatasi. Jangan sampai kayak gigi gerahamku yang sekarang udah tinggal akar gigi, ya karena itu...nggak pernah periksa ke dokter gigi..huhu
Dokterku ini juga sempat rada 'tidak suka' saat tahu gigiku dicabut tiga sama dokterku yang dulu. Katanya, "kenapa dicabut? Kan bisa dibuat gigi sambungan.. Sebisa mungkin kita harus mempertahankan gigi kita selama masih bisa.."
Huhuhuhu...iya dok, tapi mau diapa? Sudah dicabut giginya, sudah pakai gigi palsu.
Selesai ngobrol, aku bayar 'pembersihan karang gigi' tadi, dan mengucapkan terima kasih..huhu. Ini benar-benar ucapan terima kasih yang tulus, karena aku bersyukur banget dipertemukan dengan dokter gigi yang baik hati ini. :'D
Begitu keluar dari ruangan, sudah kayak peserta Indonesian Idol yang lolos audisi, aku melonjak-lonjak girang. Persis banget dah, cuma bedanya kalau peserta Indonesian Idol kalau keluar sambil melonjak-lonjak sambil megang sebuah kartu yang bertuliskan 'apalah itu' aku lupa, hehe, kalau aku keluar dan melonjak-lonjak girangnya sambil pegang kartu nama dokter giginya dan kartu periksaku. Hihihi.
Jadi, itu kartu nama buat kalau aku mungkin ada perlu sama dokternya kali ya? Entah, deh. Lalu kartu periksa, yaitu tertanda 'kapan' aku periksa ke dokter gigi itu. Jadi, dokternya menyarankan kalau aku seterusnya periksa ke dia (dan aku setuju), karena dia sudah tahu seluk beluk masalah gigiku..hihi, jadi seterusnya sekalian dia yang tangani saja. Nah, kartu periksa itu sebagai dokumentasi atau 'pertanda'nya kapan saja aku sudah periksa. Jadi kelak bisa ketahuan tuh apa aku rajin periksa gigi 2 kali setahun, atau malah cuma kalau pas gigi bermasalah aja? :p Wakakakak
Sama sekali nggak peduli dengan keadaan sekitar, aku terus melompat ke sahabat-sahabatku yang juga menatapku sumringah. Mungkin mereka 'senang' lihat wajahku yang gembira, beda 180 derajat dengan pas tadi masuk ke ruangan hihihi..
"Aku suka dokternya!! Pokoknya aku seterusnya mau di sini aja!!" seruku girang.
Dua sahabatku itu juga ikutan senang lihat aku sudah riang gembira..hihi. Kami pun pulang, setelah sebelumnya beli obat dulu di apotik, kemudian kami mampir makan bakso hihihihi.
Sebenarnya sih aku masih rada deg-degan membayangkan besok harus kembali ke dokter gigi untuk nambal gigi. Tapi, ya sudah lah...mari kita liat besok gimana..huhuh
Takuttt .. >.<
Sumpah...langkah terberat rasanya yang pernah kujalani!!
Tapi, aku berusaha menenangkan diri... *tarik napas-hembuskan napas* Hufhhh...
Dengan ditemani dua sahabat terbaikku, akhirnya aku memberanikan diri untuk pergi 'mencari' dokter gigi.
Yup...masih dalam tahap 'mencari' hehehe..
Aku memang sudah dua bulan ini sibuk mencari-cari dokter gigi yang 'bagus' untuk menjadi tempatku mengeksekusi 'para gigi'ku.
Sebenarnya keluhan pada gigi sih nggak ada. Tapi gigiku ada yang berlubang, dan aku ingin membereskannya secepat mungkin sebelum menjadi parah berkepanjangan. Hanya saja 'keberanian ke dokter gigi' ini yang sudah terniatkan dari akhir tahun lalu, belum juga terealisasikan. >.<
Akhirnya, hari ini lah aku memantapkan diriku! Meneguhkan hati, bahwa aku harus pergi ke dokter gigi sekarang juga! Lagipula mumpung liburan semester (walau liburnya cuma seminggu huhu), dan minggu depan sudah masuk semester baru, jadi aku memutuskan POKOKNYA sebelum masuk semester baru aku sudah harus 'membereskan apapun masalah gigiku'.
Lagipula tadinya aku mikir, mencari dokter gigi malam-malam gini belum tentu nemu yang langsung cocok...hehe. Jadi, ada 'harapan' juga di hati sih agar jangan sampai nemu dokter gigi malam ini. Soalnya mentalku belum siap sepenuhnya!! >.<
Kenapa aku begitu takut ke dokter gigi dan begitu pemilih?? Sampai-sampai aku menggerakkan 'pasukan' sahabat-sahabatku untuk ikut mencari tahu dokter gigi mana di daerah itu yang bagus, bahkan aku sampai menghubungi Kak Dewi, salah satu kenalanku yang seorang dokter (tapi bukan dokter gigi), menanyakan padanya kira-kira tahu nggak dokter gigi yang bagus? Pikiranku waktu itu sih karena dia dokter jadi mungkin saja kan ada kenalan dokter gigi yang baik hati..hehe
Dia awalnya mengaku nggak tahu, dan nggak punya kenalan, tapi ternyata Mamanya bilang ada dokter gigi yang bagus, Mamanya kenal. Dia kasih tahu aku nama dokternya (yang ternyata cowok) dan alamatnya. Wah kebenaran nih alamatnya dekat rumahku! Walau sebenarnya aku sudah agak pesimis, karena yang aku cari adalah dokter perempuan, bukan dokter laki-laki. Bukan karena apa sih...hanya saja dari pengalaman-pengalamanku yang sebelumnya, aku nggak suka dengan dokter cowok. Apalagi biasanya dokter cowok, tuh masih muda dan ganteng-ganteng..hihihih... Tengsin amat kan kalau dilihat gigiku yang pada rusak ini? >.<
Tapi, alasan sebenarnya lagi sih...karena aku memang merasa nggak nyaman dengan laki-laki. Karena aku merasa jadi susah untuk berkomunikasi. Maka itu, aku mencari dokter gigi perempuan, seorang ibu separuh baya, yang HARUS baik hati, ramah, dan lembut. Hihihi... ya oloh, gaya amat ya aku, mau periksa gigi saja banyak banget persyaratan untuk 'dokter gigi'nya. Benar-benar pemilih banget hehe.
Iya sih... soalnya aku punya 'trauma ' pada dokter gigi. Jadi, dulu waktu SMA, aku pernah periksa gigi ke seorang dokter. Perempuan sih, dan baik juga (setidaknya sama aku yang adalah pasiennya). Tapi, dia telah melakukan hal yang menurutku 'SALAH' banget! Dia nyabut 3 gigiku!!
Huhuhu.... *nangis*
Dan Om ku yang kebetulan orang kesehatan, dan kenal dengan dokter itu, marah banget pas tahu! Karena dia sembarangan nyabut gigi orang. Huhuhu...
Dan aku juga dimarahin Om-ku sih.. karena menurut Om ku harusnya kalau aku punya masalah di gigi, jangan pergi sembarangan ke dokter gigi. Kalau perlu lapor ke Om ku saja, karena Om ku punya banyak kenalan dokter gigi ternama dan bagus. Anaknya dulu juga pernah kecelakaan dan tiga gigi depannya patah PARAH. Tapi bisa diatasi tanpa harus cabut gigi, cukup diberi sambungan gigi, dan kualitasnya sama dengan gigi asli lohh. Walau itu gigi buatan, sama sekali tidak kayak gigi buatan. Terbukti, sepupuku itu (anak Om ku itu) mampu melahap tiga jagung bakar pas tahun baru kemarin hehehe.. Aku terpana melihat ia mampu menggigiti jagung itu.
Yah...beda denganku yang giginya udah dicabut tiga dan harus pakai gigi palsu *nangis lagi*.
Makanya sejak itu aku semakin parno dengan yang namanya dokter gigi, sehingga saat akan ke dokter gigi lagi aku menentukan banyak persyaratan, dokter gigi SEPERTI APAKAH yang boleh mengutak-atik mulutku hehe.
Sebenarnya, setahun yang lalu aku pernah coba ke dokter gigi yang disarankan sepupuku, karena katanya bagus. Tapi.... hm... dokter giginya laki-laki muda dan ganteng pula -_- huhu. Bukannya senang, aku malah tekanan batin.
Lagipula secara kualitas, aku merasa dia kurang bagus. Aku kan nambal gigi di dia bulan Februari 2011 kemarin. Eh, Bulan Juli tambalannya patah secuil -_-. Jelek banget sih tambalannya..huhuhu.Padahal kan baru berumur 6 bulan.
Sejak itu aku nggak mau lagi kembali ke tempat itu dan semakin mengetatkan peraturanku 'untuk tipe dokter gigi seperti apa yang harus kudatangi.'
Malam ini, sepakatlah aku bersama dua sahabatku jalan kaki mencari dokter gigi. Rencananya ingin mencari dokter gigi 'laki-laki' yang disarankan Kak Dewi, tapi... bukan jadi prioritasku. Aku tetap mencari-cari dokter gigi perempuan, sedangkan dokter gigi yang disarankan Kak Dewi ini akan aku jadikan cadangan kalau-kalau aku nggak bisa mendapatkan dokter gigi yang kuinginkan.
Jadilah, selama perjalanan di tepi jalan besar, aku memperhatikan setiap palang di pinggir jalan. Karena jalan besar, di kiri-kanan jalan memang bertebaran supermarket, dan segala apotik, dan toko-toko serta warung makan. Jadi, aku yakin, dari semuanya yang ada, pasti ada tersempil dokter gigi di sini. Di tiap apotik juga biasanya ada dokter giginya kan.
Palang pertama yang aku temukan, aku lihat... 'Dr.Adi blablabla". Ah, dari namanya sudah jelas laki-laki. Lewat!! Aku kembali jalan sambil ngobrol-ngobrol dengan dua sahabatku. Sepanjang jalan kami nggak menemukan lagi palang dokter gigi huhu. Rina sudah membujukku untuk 'mau periksa' di dokter gigi yang namanya dokter Adi itu. Tapi, aku langsung bilang 'OGAH'. Pokoknya say NO, untuk doker gigi laki-laki huhu.
Kami pun kembali jalan...dan... eh aku lihat di sebrang jalan ada apotik yang sangat ramai pengunjung (beda dengan apotik pertama tadi yang sepi hehe). Penuh dan ramai banget deh tuh apotiknya. Di kursi duduk berjejer para pengunjung (entah ngapain). Dan ada juga yang hilir mudik, keluar masuk apotik. Aku yakin pasti ada dokter giginya di sana. Kugandeng lah dua sahabatku untuk menyebrang jalan, dan langsung memperhatikan palang-palang yang ada di depan apotik. Ada berbagai nama dokter di sana, ada dokter kandungan, dokter umum, penyakit dalam..dll.. dan ada... ini dia!! Dokter gigi! Perempuan pula! Huhuhu
Awalnya sempat deg-degan sih dan aku mulai keringat dingin. Tapi ku pikir, aku sudah menemukan dokter perempuan, lalu alasan apalagi yang bisa kupakai untuk terhindar dari 'eksekusi' ini???
Nggak ada!
Karena dua sahabatku sudah menarikku masuk..huhu.
Akhirnya setelah bertanya-tanya dimana ruangan dokter giginya, kami pun naik ke lantai atas, dan ruang tunggunya kosong melompong! Hahaha
Aku sudah deg-degan... duh.. kok sepi?? Biasanya kan kalau sepi pasien, berarti dokternya nggak laku dong ya?? Begitu asumsiku. Dan kalau nggak laku, berarti dokternya nggak bagus kan? Huhuhu...
Aaaakk...aku makin keringat dingin dan deg-degan banget!!
Kami bertiga pun duduk di kursi yang ada di depan ruangan dokter gigi. Tulisan di pintunya masih 'closed'.
Rina mencoba menenangkanku, "Mungkin belum ada pasien yang datang karena memang belum buka dokternya.."
Rina bermaksud mematahkan kecemasanku tentang 'dokter ini nggak laku'. Tapi, aku tetap saja cemas. Masalahnya ini jam setengah 7, masa iya belum buka??
Kata Rina lagi, "Mungkin sholat Maghrib dulu di rumahnya."
Huhu..ya udah aku iya-iya aja deh.
Sambil nunggu dengan gelisah, sementara dua sahabatku sibuk dengan ponselnya masing-masing, Rina online, dan kak Iren nonton TV pakai ponselku, aku hanya bisa duduk gelisah sendiri. Nggak tenang banget pokoknya!! >.< Udah kayak lagi mau di hukum gantung huhuhu..
Nggak lama tahu-tahu ada wanita muda (sangat muda sekali) berjilbab, pakai seragam putih kayak suster gitu, lewat di depan kami dan membuka pintu ruangan dokter gigi, lalu masuk.
Aku dan sahabatku langsung saling berpandangan. Itu dokter giginya???
Aaakkk! Aku makin gelisah.
Memang sih perempuan seperti yang kumau... tapi dia bukan ibu-ibu!! Dia mungkin gadis muda berumur 23-24 tahunan huhuhu.. Entah ya, aku merasa kayak nggak nyaman aja kalau seandainya harus periksa gigi ke dia. Kok rasaya aku lebih afdol kalau dokter giginya udah tua gitu, bukan yang muda gini..huhu
Kami pun menunggu lagi dengan bingung... kok kayaknya nggak ada tanda-tanda kita bakal masuk juga ya ?? Apalagi tulisan di pintu ruangan dokter giginya udah berubah jadi 'OPEN'. So, boleh masuk kan ya?? Tapi aku bingung juga, masa iya aku main nyelonong aja masuk??
Kalau dari pengalamanku ke dokter gigi, biasanya aku harus daftar dulu, terus terima nomor antri. Biasanya daftarnya sore, trus periksanya malam, karena yang ngantri banyaakkkk! Sering aku dapat nomor antri yang akhirnya baru dipanggil ketika sudah jam 11 malam huhuhuhu
Trus, dokter gigi laki-laki ku yang sebelumnya juga begitu. Nggak pakai daftar sih.. tapi tetap saja antri, karena banyak pasien. Karena nggak pakai nomor antri itu lah, jadi pasien yang ngantri ya suka-suka aja siapa yang mau masuk. Karena rata-rata pasien dokter gigi pasti 'penakut' hihi.. biasanya kami suka 'oh silahkan saja duluan, saya habis ini' hihi..rata-rata begitu soalnya pada takut juga dieksekusi di kursi astronot atau biasa aku sebut kursi 'panas' (kursi untuk kita berbaring pas lagi diperiksa gigi itu hehe). Dan aku selalu saja jadi yang terakhir..karena ya aku memang paling pnakut!! Haha,
Tapi untuk yang kali ini aku bingung. Secara yang ada di ruang tunggu cuma aku, dan dua sahabatku. Jadi, apa tunggu dipanggil atau masuk aja gitu 'nyelonong'?
Aku mencoba menunggu lagi. Rencananya kalau jam 8 ke atas aku belum dipanggil juga, baru lah aku akan masuk.
Eh..nggak lama, ada seorang ibu-ibu separuh baya pakai kemeja batik warna cokelat muda, berjilbab, pakai kacamata, agak gemuk (ukuran ibu-ibu lah), lewat di depan kami dan masuk ke ruangan. Dari penampilannya sih semua orang pasti tahu lah...dia dokter!!
Aku langsung nyaris memekik girang,..! hihi.
Rina juga kegirangan (mungkin karena melihat mukaku yang girang). "Berarti itu dokternya ibu-ibu. Yang tadi mungkin perawat/asistennya."
Aku menarik napas lega... hihihi. Jadi, gadis muda tadi ternyata bukan dokternya.
Lalu, terdengar suara pintu ruangan terbuka, dan gadis muda tadi muncul sambil tersenyum ke kami. "Siapa yang mau periksa gigi? Silahkan masuk.." katanya.
Langsung ini jantungku 'nyessss...' rasanya kedua kakiku lemas ...
Ini saatnya 'kematian' tiba...huhuhu..
Dengan berat hati aku berdiri, dan dua sahabatku yang mungkin kasihan meihat mukaku yang mulai pucat, menyemangatiku. Aku masuk ke ruangan dengan deg-degan berat! Sumpah!
Dokternya tersenyum 'menenangkan' saat aku masuk, mungkin dia bisa melihat ketakutanku. Aku langsung saja duduk di depannya, dan mulai cerita semua masalah yang ada pada gigiku.
"Gigi saya banyak yang rusak, Dok.. Tapi saya takut dicabut..huhu. Nggak dicabut kan, Dok?? Jangan dicabut ya, Dok.."
Aku nggak bisa mengendalikan ocehanku, itu semua keluar dengan sendirinya. Di lain sisi aku ingin jujur tentang gigiku, dan di lain sisi aku takut. Jadinya aku terdengar memelas-meleas ke dokternya seakan menunjukkan permohonan 'please, sebisa mungkin selamatkan gigi saya huhuhu. Jangan sampai dicabuuut! Gigi saya udah ompong tiga nih huhuhu...'
Dokternya (yang mungkin melihat aku sudah pucat dan ngoceh-ngoceh ketakutan gitu) dengan wajah menenangkan dan nada lembut berkata,"Iya, kita periksa dulu ya.. Ayo, duduk di sini. Kita lihat giginya. Kalau masih bisa ditambal, kita tambal.Kalau nggak, ntar kita buat gigi sambungan, nggak dicabut kok giginya.."
Duh.. di sini aku langsung mulai agak tenang. Karena suara ibunya lembut, keibuan banget. Ini yang kuinginkan!! Dan di titik ini aku sudah yakin banget! Dia lah dokter yang aku cari! Dia dokter yang baik, aku bisa melihatnya...huhu
Masih dengan cemas, dan keringat dingin plus deg-degan berat, aku melangkah ke kursi astronot 'mematikan' itu dan berbaring di sana. Dokternya suruh aku buka mulut, mulai periksa seluruh gigiku, dan dia juga ngajak aku ngobrol hal-hal yang menyenangkan. Pokoknya aku senang banget!
Biasanya dokter gigi kan suka cenderung 'menjatuhkan mental' dan memberikan 'tekanan batin' pada pasiennya. Mulai dari komentar sinisnya soal gigi kita yang rusak lah...trus perkataan-perkataan yang rada mengejek, yang mungkin maksudnya bercanda, tapi buat pasien (seperti aku) itu menyebalkan dan memberikan tekanan batin, plus mental jadi down.. huhu.
Nah, dokterku yang ini sama sekali nggak seperti itu. Ia telaten memeriksa gigiku sambil bertanya lembut tentang 'aku kuliah dimana', 'tinggal dimana dan sama siapa', 'kenapa milih jurusan itu' dll.. Sama sekali nggak nyinggung soal gigi, kecuali kalau ada saran-saran yang ingin dia katakan. Kayak, "Ini giginya nggak dicabut kok. Cuma ditambal aja." katanya menenangkan. "Tapi... ini dua gigi geraham bawah harus dicabut yaa.."
Aku nggak kaget dengarnya, karena aku yang sebagai orang awam saja udah tahu banget kalau dua gigiku yang itu memang udah nggak tertolong lagi. Udah tinggal akar gigi huhu. Sebenarnya sama dokter-dokterku yang sebelumnya udah sering disuruh cabut, tapi aku terus 'melarikan diri' dari pencabutan gigi..hehe
Sampai sekarang pun, tetap yah ada rasa TAKUT huhu. Walau dokter yang ini baik, ramah, dan sangat lembut, tapiii...rasa takut dicabut giginya itu tetap saja menghantuiku!! >.<
Aku pernah cabut gigi, jadi aku tahu bagaimana rasa sakitnya huhu. Belum lagi nih gigi geraham. Kalau dulu kan aku cabut giginya masih gigi utuh. Nah..yang ini?? Tinggal akar gigi doang!! bagaimana coba? Aku tuh ngebayanginnya, gimana caranya ya cabut gigi yang tinggal akarnya? Apakah akan lebih sakit dari 'cabut gigi' sebelumnya??
Selama aku bertanya-tanya dalam hati itu, si dokter gigi sedang sibuk membersihkan karang gigiku (aku yang minta). Di sela-sela pembersihan, aku bertanya, "Dok.. masa harus dicabut, dok?? (pertanyaan yang goblok memang hehe. Tapi itu keluar dengan sendirinya dari mulutku, mungkin karena saking takutnya ). Huhu...takut, Dok... takut cabut gigi.."
Dokternya kai ini berkata dengan tegas, tapi tetap dengan suara lembut dan tenang. "Demi kebaikan, itu harus.."
Singkat jawabannya, tapi berhasil bikin aku diam. Karena aku sendiri memang sadar kalau dua gigiku yang itu memang mesti dicabut.
Kak Dewi sendiri bilang memang HARUS cabut demi kebaikan, karena itu bisa bawa penyakit. Jantung, misalnya. Karena gigi berlubang itu kan pasti ada bakterinya. Bahaya.
Aku pernah nanya ke Kak Dewi, "Tapi kok banyak yang giginya sering sakit (berarti kan berlubang), dia masih sehat-sehat aja?"
Kata kak Dewi, "Itu cuma faktor luck aja. Dan dia harus bersyukur karena gigi berlubangnya itu nggak membahayakan dirinya. Tapi kan alangkah baiknya kalau pencegahan dini demi kesehatan?"
Iya sih.. Hiks...
Cuma...duh....takutttt...
Back to the story..
Selesai pembersihkan karang gigi, dokternya bilang, "selesai.."
Dan penambalan akan dilakukan besok malam, jadi aku disuruh balik lagi..huhu.
Saat akan pembayaran, aku sekalian konsultasi soal gigi.. Nanya kenapa gigiku kok gampang banget bermasalah?
Kata dokternya biasanya selain karena 'mungkin' waktu sikat gigi kurang bersih, aku juga ada masalah di tulang. Katanya sih aku kekurangan vitamin B, jadi tulangku 'kurang kuat' dan gampang keropos, dan itu mempengaruhi gigi juga. Jadilah, gigiku juga gampang rusak, apalagi kalau kurang bersih dalam menyikatnya. Aku dikasih resep untuk beli obat buat 'tulang' itu, dan juga obat kumur. Lalu oleh dokternya aku juga disuruh WAJIB sikat gigi tiga kali, dan sebisa mungkin setiap habis makan!!
"Kamu sikat giginya habis sarapan, lalu habis makan siang, dan habis makan malam atau sebelum tidur. Jadi, sebisa mungkin setiap habis makan, kamu sikat gigi."
Hah???
Ya ampun,,... itu ngebayanginnya aja aku udah malas banget..
Bukannya malas sikat gigi atau gimana... tapi bayangin coba...tiap habis makan sikat gigi?? huhuhuhu... Melelahkan...
Apalagi aku orangnya doyan nyemil, jadi sudah pasti hampir tiap saat aku mengunyah makanan.
Tapi ya udah lah...demi gigi, aku coba menyanggupi huhu.
Gigi oh gigi... kenapa gigiku kok kayaknya beda sama gigi orang gitu ya? Orang-orang (teman-temanku) kayaknya sikat gigi cuma sekali dua kali, nggak sering-sering amat. Nggak pernah juga membersihkan karang gigi. Tapi, gigi mereka baik-baik saja..huhu.. Kok gigiku malah perawatannya ketat banget, harus sering sikat gigi tiap habis makan, dan harus minum obat penguat tulang pula huhuhuh -_-
Dokternya juga nyuruh aku pakai sikat gigi yang 'medium', jangan yang 'soft..'
Dokternya juga bilang kalau gigi aku ini faktor keturunan, jadi memang ada 'masalah' secara genetik, maka itu perawatannya mesti extra, jangan disamakan dengan gigi-gigi temanku yang bagus-bagus..huhu. Seharusnya aku rajin periksa setiap 6 bulan sekali katanya, karena gigi aku ini benar-benar butuh perlakuan khusus demi pencegahan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut, dan kalau ada masalah juga bisa segera diatasi. Jangan sampai kayak gigi gerahamku yang sekarang udah tinggal akar gigi, ya karena itu...nggak pernah periksa ke dokter gigi..huhu
Dokterku ini juga sempat rada 'tidak suka' saat tahu gigiku dicabut tiga sama dokterku yang dulu. Katanya, "kenapa dicabut? Kan bisa dibuat gigi sambungan.. Sebisa mungkin kita harus mempertahankan gigi kita selama masih bisa.."
Huhuhuhu...iya dok, tapi mau diapa? Sudah dicabut giginya, sudah pakai gigi palsu.
Selesai ngobrol, aku bayar 'pembersihan karang gigi' tadi, dan mengucapkan terima kasih..huhu. Ini benar-benar ucapan terima kasih yang tulus, karena aku bersyukur banget dipertemukan dengan dokter gigi yang baik hati ini. :'D
Begitu keluar dari ruangan, sudah kayak peserta Indonesian Idol yang lolos audisi, aku melonjak-lonjak girang. Persis banget dah, cuma bedanya kalau peserta Indonesian Idol kalau keluar sambil melonjak-lonjak sambil megang sebuah kartu yang bertuliskan 'apalah itu' aku lupa, hehe, kalau aku keluar dan melonjak-lonjak girangnya sambil pegang kartu nama dokter giginya dan kartu periksaku. Hihihi.
Jadi, itu kartu nama buat kalau aku mungkin ada perlu sama dokternya kali ya? Entah, deh. Lalu kartu periksa, yaitu tertanda 'kapan' aku periksa ke dokter gigi itu. Jadi, dokternya menyarankan kalau aku seterusnya periksa ke dia (dan aku setuju), karena dia sudah tahu seluk beluk masalah gigiku..hihi, jadi seterusnya sekalian dia yang tangani saja. Nah, kartu periksa itu sebagai dokumentasi atau 'pertanda'nya kapan saja aku sudah periksa. Jadi kelak bisa ketahuan tuh apa aku rajin periksa gigi 2 kali setahun, atau malah cuma kalau pas gigi bermasalah aja? :p Wakakakak
Sama sekali nggak peduli dengan keadaan sekitar, aku terus melompat ke sahabat-sahabatku yang juga menatapku sumringah. Mungkin mereka 'senang' lihat wajahku yang gembira, beda 180 derajat dengan pas tadi masuk ke ruangan hihihi..
"Aku suka dokternya!! Pokoknya aku seterusnya mau di sini aja!!" seruku girang.
Dua sahabatku itu juga ikutan senang lihat aku sudah riang gembira..hihi. Kami pun pulang, setelah sebelumnya beli obat dulu di apotik, kemudian kami mampir makan bakso hihihihi.
Sebenarnya sih aku masih rada deg-degan membayangkan besok harus kembali ke dokter gigi untuk nambal gigi. Tapi, ya sudah lah...mari kita liat besok gimana..huhuh
Takuttt .. >.<