Minggu, 05 Februari 2012

alergi atau scabies??

hiiiiiiii...

gemes banget sama kulitku!!

bentol-bentol ga karuan hiksss....

udah sejam dua mingguan lalu kulitku *tepatnya sih lengan ku* penuh dengan bintik2/bentol2 kayak jerawat.



Ada yang tau nggak sih ini kenapa??

Sebenarnya nggak begitu gatal sih... gatalnya masih gatal yang biasa..nggak sampe mengganggu... Nggak sampe bikin aku nggak bisa tidur atau pun apa hehehe
cuma ya itu, malesin aja ngeliat lengan yang merah penuh bentol

aku suka agak2 ngeri gitu ngeliatnya huhuhu

ini kira2 kenapa ya??

Mau periksa ke dokter tapi takut.

Sebenarnya beberapa hari yang lalu bentol dan gatalnya udah hilang, tapi mendadak hari ini timbul lagi..hiks..

kira2 kenapa ya??

ada yang tau???

aku sih mencurigai beberapa hal

1. mungkin aku ALERGI indomie?

soalnya gini, pas 2 minggu lalu aku mulai kena gatal2 gini pas banget waktu itu mengonsumsi Indomie dan dancow.

pas mulai gatal2, aku juga kebetulan berhenti makan indomie dan berhenti minum sus dancow...soalnya takutnya jangan2 aku beneran alergi.

Nah gatal2nya mulai menghilang dari hari ke hari,

dari yang gatal2nya mulai sedikit


 sampe kemarin yang udah bener2 nyaris nggak ada.

Eh...kemarin aku kembali makan Indomie, trus pagi ini muncul gatal2 lagi di lenganku...

apa iya aku alergi ya??

Tapi masa sih??

soalnya nih seumur hidupku setauku aku nggak punya alergi terhadap makanan apapun. Apalagi Indomie! Sejak kecil aku sudah hidup rukun bareng Indomie. Dan nggak pernah ada gejala gatal2/ alergi..

trus masa iya sih sekarang mendadak jadi alergi Indomie?

2. aku mencurigai.... jangan2 ini scabies??? ><

soalnya gini...kalo aku telusuri gejala2 scabies kok rada2 mirip gitu ya sama yg aku alamin?

katanya kan biasanya scabies itu seringnya muncul di lengan, sela tangan, lipatan paha dan ketiak? iya nggak sih?

tapi yang aku alamin ini cuma di lengan...nggak sampe ke sela tangan atau pun lipata2n siku dan paha . Jadi...kira2 ini scabies bukan ya?

rasanya aku takut kalo ini beneran scabies

makanya aku belum berani periksa ke dokter...takutnya ini scabies ...

ada yang pernah kena scabies gak??

kalo ada tolong sharing ya...soalnya aku belum yakin juga sih kalo ini scabies...

hiiiiiiii...

gemes banget sama kulitku!!

bentol-bentol ga karuan hiksss....

udah sejam dua mingguan lalu kulitku *tepatnya sih lengan ku* penuh dengan bintik2/bentol2 kayak jerawat.



Ada yang tau nggak sih ini kenapa??

Sebenarnya nggak begitu gatal sih... gatalnya masih gatal yang biasa..nggak sampe mengganggu... Nggak sampe bikin aku nggak bisa tidur atau pun apa hehehe
cuma ya itu, malesin aja ngeliat lengan yang merah penuh bentol

aku suka agak2 ngeri gitu ngeliatnya huhuhu

ini kira2 kenapa ya??

Mau periksa ke dokter tapi takut.

Sebenarnya beberapa hari yang lalu bentol dan gatalnya udah hilang, tapi mendadak hari ini timbul lagi..hiks..

kira2 kenapa ya??

ada yang tau???

aku sih mencurigai beberapa hal

1. mungkin aku ALERGI indomie?

soalnya gini, pas 2 minggu lalu aku mulai kena gatal2 gini pas banget waktu itu mengonsumsi Indomie dan dancow.

pas mulai gatal2, aku juga kebetulan berhenti makan indomie dan berhenti minum sus dancow...soalnya takutnya jangan2 aku beneran alergi.

Nah gatal2nya mulai menghilang dari hari ke hari,

dari yang gatal2nya mulai sedikit


 sampe kemarin yang udah bener2 nyaris nggak ada.

Eh...kemarin aku kembali makan Indomie, trus pagi ini muncul gatal2 lagi di lenganku...

apa iya aku alergi ya??

Tapi masa sih??

soalnya nih seumur hidupku setauku aku nggak punya alergi terhadap makanan apapun. Apalagi Indomie! Sejak kecil aku sudah hidup rukun bareng Indomie. Dan nggak pernah ada gejala gatal2/ alergi..

trus masa iya sih sekarang mendadak jadi alergi Indomie?

2. aku mencurigai.... jangan2 ini scabies??? ><

soalnya gini...kalo aku telusuri gejala2 scabies kok rada2 mirip gitu ya sama yg aku alamin?

katanya kan biasanya scabies itu seringnya muncul di lengan, sela tangan, lipatan paha dan ketiak? iya nggak sih?

tapi yang aku alamin ini cuma di lengan...nggak sampe ke sela tangan atau pun lipata2n siku dan paha . Jadi...kira2 ini scabies bukan ya?

rasanya aku takut kalo ini beneran scabies

makanya aku belum berani periksa ke dokter...takutnya ini scabies ...

ada yang pernah kena scabies gak??

kalo ada tolong sharing ya...soalnya aku belum yakin juga sih kalo ini scabies...

Jumat, 03 Februari 2012

[KS] Summer to Spring


                Sejak satu jam yang lalu, laki-laki ini hanya duduk diam di salah satu bangku dalam bus yang ditumpanginya. Kepalanya sedikit menyandar ke kursi, dan sepasang headset terkait di kedua telinganya. Ia sedang tak ingin mendengarkan suara apapun, selain musik instrumental bernuansa lembut yang sekarang sedang mengalun pelan di pendengarannya. Tatapannya menerawang jauh ke luar jendela.
==
            "Arghh…" erangnya saat sudah berhasil masuk ke dalam bus. Untuk menaiki anak tangga bus saja, rasanya ia sudah tak bertenaga.
 Dengan langkah mulai terseret, Jong Hyun langsung menjatuhkan diri begitu saja saat melihat ada bangku bus terdekat yang kosong. Napasnya agak terengah, dan sesekali ia menyeka keringat dengan ujung handuk mini yang tersampir di pundak kirinya. Kepalanya tersandar di kursi, kelelahan.
            "Yaa (Heh)!" seru seseorang, membuat Jong Hyun yang tadinya sudah hampir terpejam, langsung membuka mata kaget. Di hadapannya kini seorang gadis sedang berdiri sambil berkacak pinggang dengan  kedua mata melotot. "Apa yang kau lakukan di bangkuku, hah?"
            Jong Hyun mengernyit sebentar. "Bangkumu?"
            Gadis itu mengendikkan dagunya ke arah belakang punggung Jong Hyun. "Kau menduduki tasku, tahu!!"
            Jong Hyun tersadar dan segera meraba bagian belakang tubuhnya. Ia menemukan sebuah tas mini dengan tali cukup panjang. "Ah, maaf, aku tak melihatnya tadi."
            Gadis itu merampas tas tersebut dan bergegas memeriksa isinya. Jong Hyun menatapnya sebal. "Yaa (Heh), aku bukan pencuri! Jadi, tenang saja. Tak ada yang hilang."
            Setelah mungkin merasa tak ada sesuatu yang ganjil, gadis itu menatapnya sengit dan menghempaskan kasar tubuhnya di sebelah Jong Hyun.
            "Lagipula," lanjut Jong Hyun. "Kenapa kau meninggalkan tasmu? Kalau tadi yang duduk di sini orang yang punya niat tidak baik, bagaimana?"
            Gadis itu memberengut. "Duduk sembarangan di kursi orang,"gerutunya.
            Jong Hyun mendelik, tapi lebih memilih mengabaikan. "Terserah, deh." Ia memutar tubuh ke jendela, sesekali menyeka keringat yang  mengalir.di wajah.
            "Sebenarnya kau habis melakukan apa, sih? Sampai keringatan begitu?" tanya gadis itu tiba-tiba, sepertinya penasaran. Ternyata sedari tadi diam-diam ia memperhatikan juga penampilan Jong Hyun yang hanya mengenakan kaos singlet warna kuning yang begitu ngepas di badannya yang kekar dan berotot. Kaos itu kini basah dan lembab bersimbah keringat.
            "Jogging.." jawab Jong Hyun pendek, sama sekali tak menoleh. Ia sudah memejamkan mata, mulai tertidur saat bus sudah melaju meninggalkan halte.
==
Jong Hyun turun dari bus, masih dengan headset yang terpasang di telinga. Perlahan ditelusurinya jalanan, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Sesekali Jong Hyun mengetatkan jaketnya saat angin datang menerpa.
Langkah Jong Hyun terhenti tepat di depan sebuah taman. Matanya mengedar ke sekeliling, menatap tempat itu saksama. Tidak ada seorang pun di sana. Yah, siapa yang ingin bermain di taman, pada sore hari yang dingin ini? Berbeda dengan saat musim panas. Di musim itu, pagi-siang-sore, taman ini selalu ramai. Ada yang jogging, main bulu tangkis, atau sekadar duduk berbincang.
==
"Oh, jadi di sini kau biasa jogging?" tanya gadis itu seraya memanggut-manggutkan kepala sambil menatap ke sekeliling.
Jong Hyun hanya mengangguk. Tadi, ia sangat kaget saat sedang asyik jogging, tiba-tiba ada yang menegurnya, dan yang mengejutkan lagi ternyata adalah gadis yang ia temui di bus beberapa waktu lalu.
"Rumahmu di dekat sini?" tanya Jong Hyun penasaran.
Gadis itu menggeleng, kini sibuk melompat-lompat dengan tali skipping yang dibawanya. "Ani.. (tidak). Lumayan jauh dari tempat ini. Kau sendiri?"
"Sama. Oh iya, tapi, sepertinya aku tak pernah melihatmu di sini."
Gadis itu tertawa, dan pikiran bahwa 'gadis itu terlihat manis dengan tawanya yang renyah' langsung menghantam pikiran Jong Hyun. Ia segera memalingkan wajah, berharap gadis itu tak membaca apa isi kepalanya sekarang.
"Kau benar. Aku memang baru pertama kali ini ke sini," ujar gadis itu di sela tawanya. "Ternyata kau ini baik, ya. Tidak seperti yang kubayangkan saat pertama ketemu denganmu waktu itu."
Jong Hyun mendengus sebal. "Aku kan sudah bilang, aku tidak bermaksud buruk saat itu. Kau saja yang berpikiran macam-macam dan langsung datang sambil marah-marah," gerutunya.
Melihat tampang memberengut Jong Hyun, gadis itu kembali tertawa. "Iya, deh, maaf. Aku kan tidak tahu. Terlebih, lihat tampangmu.."
"Kenapa tampangku?" potong Jong Hyun, agak tersinggung.
Gadis itu menghentikan lompatannya. "Jujur saja, yang melihatnya bisa saja berpikir kau tipe cowok-cowok brengsek. Mesum, atau apa lah. Dan lihat." Ia meninju-ninju pelan otot Jong Hyun yang di lengan. "Kau berbadan besar, dan kekar. Jadi, aku harus waspada, kalau kau seandainya macam-macam!"
Jong Hyun menatap gadis itu tak percaya. Ia mendengus lagi, kali ini benar-benar sebal. "Sepertinya kau terlalu banyak nonton drama atau film."
Gadis itu tertawa lagi, dan tawanya semakin terdengar renyah di telinga Jong Hyun. Ia kemudian mengulurkan tangan. "Kita sudah saling banyak bicara, tapi belum tahu nama masing-masing," selorohnya. "Yang Soon Tae imnida."
Jong Hyun pun tersenyum dan menyambutnya. "Kim Jong Hyun imnida."
==
Jong Hyun tersenyum tipis. Tangannya tanpa sadar sudah mengelus sandaran kursi kayu panjang yang sekarang didudukinya. Dulu, ini satu-satunya tempat favorit kala ia ingin beristirahat kalau kelelahan ketika jogging.
Saat itu lah matanya terpancang lurus pada satu tempat yang ada tepat tak jauh di depan matanya, terletak bersebrangan dengan taman ini. Sebuah Café kecil yang hanya dibatasi jalan besar saja. Café itu selalu sangat ramai dan penuh saat musim panas, karena orang-orang yang berolahraga atau sekadar berkunjung ke taman ini, sebagian akan menyempatkan mampir ke tempat itu. Kalau ia mau, sekarang juga ia bisa langsung lari menyebrang ke sana. Tapi, belum. Ia masih ingin mengingat bagaimana tempat itu bisa menjadi tempat favorit barunya.
==
Jong Hyun menopang dagu di atas meja. Sesekali ia menatap gusar ke arah pintu Café, lalu menghela napas.
Saat terdengar dentingan pintu Café yang terbuka, ia segera mengarahkan matanya ke sana, tapi hanya menghela napas lagi saat melihat yang membuka pintu adalah seorang pemuda berjaket hitam. Pemuda itu masuk dan menghampiri salah satu meja kosong, kemudian memesan sesuatu.
Jong Hyun kini menunduk menatap selembar kertas yang ada di tangannya. Lama ia menatap kertas itu, hingga terdengar lagi dentingan pintu, kali ini langsung disusul dengan derap langkah. Jong Hyun mengangkat kepala, lalu menegakkan tubuh saat seorang gadis menghampiri mejanya dan duduk di salah satu kursi sambil mengatur napas.
"Hhh…mian..mian (maaf..maaf) ..," ujar Soon Tae. Sepertinya ia berlari-lari dari halte bus hingga ke sini. Melihat wajah Jong Hyun memberengut, ia segera nyengir. "Aku bangun kesiangan. Tahu kan, hari ini dingin banget." Soon Tae melipat kedua tangannya di depan dada, mengetatkan jaket biru mudanya.
"Lalu, kenapa?" ketus Jong Hyun. "Jadi, kalau musim semi itu artinya waktunya bermalas-malasan?Bagaimana kalau musim dingin? Kau akan tidur seharian seperti beruang, begitu?"
Gantian, sekarang Soon Tae yang memberengut. "Kenapa, sih, harus marah-marah? Yang penting sekarang aku sudah di sini, kan?"
Jong Hyun hanya diam, menatapnya lurus, membuat Soon Tae mengerjapkan mata bingung. Jong Hyun kembali menghela napas saat melihat wajah itu. Rasanya ingin sekali ia memandangnya berlama-lama.
"Yaa (Heh)," tegur Soon Tae, mengibaskan tangan ke depan muka Jong Hyun, yang segera berjengit. "Malah diam. Sebenarnya kenapa kau ingin bertemu?"
Memang Jong Hyun yang mengirim pesan pada Soon Tae semalam, mengajaknya bertemu pagi ini. Sejak musim panas tahun lalu waktu itu, mereka jadi sering olahraga bareng dan selalu mampir ke Café ini. Tak menyangka, itu menjadi kebiasaan hingga sekarang. Tak peduli saat musim panas, musim gugur, musim dingin, atau pun musim semi, tempat ini tetap menjadi tempat favorit mereka untuk bertemu, entah itu sekadar mengobrol atau apa.
Tak kunjung mendapat jawaban dari Jong Hyun, Soon Tae jadi gemas dan mencubit lengan Jong Hyun. Tapi, matanya menangkap sesuatu yang baru ia sadari. Tangan Jong Hyun sedang memegang selembar kertas. Dari bentuknya, dan tulisannya yang terlihat, Soon Tae langsung tahu itu kertas apa.
Ia terdiam sejenak, lalu menatap Jong Hyun. "I..itu.."
"Iya. Panggilan untukku…"
Soon Tae sempat terpaku, tapi sedetik kemudian bersikap santai lagi. "Jadi, mengajak aku ketemu, cuma ingin memberi tahu soal itu?" tanyanya.
Jong Hyun mengernyit melihat wajah Soon Tae yang terlihat baik-baik saja. "Ini panggilan wajib militer," ujarnya, seakan menegaskan.
Soon Tae malah tertawa. "Iya, aku tahu. Aku kan bisa baca." Tapi, saat Jong Hyun sama sekali bergeming, tawa itu hilang. "Kenapa? Kalau memang kau sudah mendapatkan panggilan, maka tuntaskan lah kewajibanmu itu."
"Cuma itu?" gumam Jong Hyun. "Cuma itu yang akan kau katakan?"
Soon Tae kembali bingung. "Memang aku harus mengatakan apa lagi?"
"Kau tahu kan, ini akan sangat lama. Dan aku akan jauh dari kota ini. Kesempatan untuk aku bisa menemuimu, mungkin sangat kecil."
Soon Tae mengerjapkan mata. "Lalu, kenapa memangnya?"
Jong Hyun benar-benar melemparkan pandangan sebal ke Soon Tae sekarang. Apa ia harus benar-benar memperjelas sesuatu yang sekarang ada di kepalanya? Apa gadis ini tak akan mengerti kalau ia tak mengucapkannya langsung? Apa kedekatan mereka selama ini belum cukup menjadi suatu kejelasan?
 Tapi, Jong Hyun tak bicara banyak lagi. Ia bangkit, dan memasukkan kertas itu ke saku celana. "Ya sudah, cuma itu. Aku pulang dulu, ada urusan."
Tangan Soon Tae meraih lengan Jong Hyun, menahannya. Jong Hyun menatapnya malas. "Wae irae (apa lagi)?"
Soon Tae terdiam, dan entah Jong Hyun merasa salah lihat atau apa, rasanya ada rona kemerahan di pipi gadis itu walau tak begitu kentara.
"Ng…" Soon Tae menggigit bibir, namun sedetik kemudian ia menatap Jong Hyun dengan bola mata cokelatnya yang jernih. "Aku akan mengunjungimu kalau ada waktu."
            Jong Hyun langsung memutar tubuh, menghadap ke gadis itu, dan memiringkan kepala, seakan ingin memastikan sesuatu di wajah Soon Tae.
            "Wae (kenapa)??" seru Soon Tae agak gelagapan karena dipandangi seperti itu. Ia memalingkan wajah ke lain, pura-pura memperhatikan pengunjung yang ada di sebrang meja.
            "Dan ..menungguku?" tanya Jong Hyun.
            Soon Tae kembali menatapnya bingung. "Eo (Hah)?"
            "Kau akan mengunjungiku… dan juga menungguku?"
            Sesaat Soon Tae masih menatap Jong Hyun bingung, sampai akhirnya ia merasa paham akan sesuatu saat Jong Hyun terus menatapnya serius. Sekilas, Soon Tae sempat terlihat kikuk, tapi ia tetap berusaha mengatakannya.
            "Aku akan menunggumu. Saat kau selesai wajib militer, kau akan tetap bisa menemukanku."
==
            Menunggu?
Kata-kata gadis itu terngiang di kepala Jong Hyun sekarang, membuatnya termenung. Jong Hyun masih sangat ingat, bagaimana perasaannya bertambah kalut saat Soon Tae mengatakan hal itu. Ada perasaan bahagia, namun terselip ketakutan. Pertanyaan-pertanyaan seperti, akan kah Soon Tae bisa menunggunya? Selama dua tahun? Akan kah saat ia kembali, Soon Tae masih menjadi gadis yang sama seperti saat sebelum ia pergi wajib militer? selalu berputar-putar di kepalanya.
Jong Hyun menggelengkan kepala, mengenyahkan semua pikiran dan kenangan lama itu. Ia bangkit dari duduk, dan perlahan melangkah lurus ke depan, keluar dari taman itu. Kedua tangannya kembali ia masukkan ke dalam saku celana, lebih karena terasa dingin. Ia tak akan mengeluarkan tangan itu sebelum ia mendapatkan penghangat yang sesungguhnya.
            Begitu menyebrangi jalan, Jong Hyun berhenti tepat di depan pintu Café. Tempat penuh kenangan ini, menimbulkan suatu perasaan aneh yang bergemuruh di dadanya. Setelah begitu lama, ia baru bisa menginjaknya lagi. Terpaksa Jong Hyun mengeluarkan salah satu tangannya, meraba dadanya sebentar, menenangkan diri. Lalu, ia mendorong pelan pintu itu hingga terdengar bunyi dentingan.
            "Dulu, dua tahun yang lalu, di musim yang sama, terakhir kita bertemu di sini, kau yang marah karena aku telat. Sekarang, setelah dua tahun, di musim yang sama, kau yang telat. Sekarang aku yang berhak marah, kan?"
            Kedatangan Jong Hyun langsung disambut omelan salah satu pengunjung Café itu, seorang gadis yang kini berdiri dari kursinya sambil berkacak pinggang dan melototkan mata. Jong Hyun tersenyum tipis melihat wajah yang telah lama tak dilihatnya itu.
            "I'm back…" katanya lembut.
            Gadis itu menurunkan tangan, dan wajahnya yang tadi galak, kini turut melembut. "Aku sudah bilang, kan, kau akan tetap bisa menemukanku."
            Jong Hyun merengsek masuk mendekati gadis itu, dan meraih kedua tangannya, menggenggamnya lembut. "Penghangatku," bisiknya.

The END

                Sejak satu jam yang lalu, laki-laki ini hanya duduk diam di salah satu bangku dalam bus yang ditumpanginya. Kepalanya sedikit menyandar ke kursi, dan sepasang headset terkait di kedua telinganya. Ia sedang tak ingin mendengarkan suara apapun, selain musik instrumental bernuansa lembut yang sekarang sedang mengalun pelan di pendengarannya. Tatapannya menerawang jauh ke luar jendela.
==
            "Arghh…" erangnya saat sudah berhasil masuk ke dalam bus. Untuk menaiki anak tangga bus saja, rasanya ia sudah tak bertenaga.
 Dengan langkah mulai terseret, Jong Hyun langsung menjatuhkan diri begitu saja saat melihat ada bangku bus terdekat yang kosong. Napasnya agak terengah, dan sesekali ia menyeka keringat dengan ujung handuk mini yang tersampir di pundak kirinya. Kepalanya tersandar di kursi, kelelahan.
            "Yaa (Heh)!" seru seseorang, membuat Jong Hyun yang tadinya sudah hampir terpejam, langsung membuka mata kaget. Di hadapannya kini seorang gadis sedang berdiri sambil berkacak pinggang dengan  kedua mata melotot. "Apa yang kau lakukan di bangkuku, hah?"
            Jong Hyun mengernyit sebentar. "Bangkumu?"
            Gadis itu mengendikkan dagunya ke arah belakang punggung Jong Hyun. "Kau menduduki tasku, tahu!!"
            Jong Hyun tersadar dan segera meraba bagian belakang tubuhnya. Ia menemukan sebuah tas mini dengan tali cukup panjang. "Ah, maaf, aku tak melihatnya tadi."
            Gadis itu merampas tas tersebut dan bergegas memeriksa isinya. Jong Hyun menatapnya sebal. "Yaa (Heh), aku bukan pencuri! Jadi, tenang saja. Tak ada yang hilang."
            Setelah mungkin merasa tak ada sesuatu yang ganjil, gadis itu menatapnya sengit dan menghempaskan kasar tubuhnya di sebelah Jong Hyun.
            "Lagipula," lanjut Jong Hyun. "Kenapa kau meninggalkan tasmu? Kalau tadi yang duduk di sini orang yang punya niat tidak baik, bagaimana?"
            Gadis itu memberengut. "Duduk sembarangan di kursi orang,"gerutunya.
            Jong Hyun mendelik, tapi lebih memilih mengabaikan. "Terserah, deh." Ia memutar tubuh ke jendela, sesekali menyeka keringat yang  mengalir.di wajah.
            "Sebenarnya kau habis melakukan apa, sih? Sampai keringatan begitu?" tanya gadis itu tiba-tiba, sepertinya penasaran. Ternyata sedari tadi diam-diam ia memperhatikan juga penampilan Jong Hyun yang hanya mengenakan kaos singlet warna kuning yang begitu ngepas di badannya yang kekar dan berotot. Kaos itu kini basah dan lembab bersimbah keringat.
            "Jogging.." jawab Jong Hyun pendek, sama sekali tak menoleh. Ia sudah memejamkan mata, mulai tertidur saat bus sudah melaju meninggalkan halte.
==
Jong Hyun turun dari bus, masih dengan headset yang terpasang di telinga. Perlahan ditelusurinya jalanan, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Sesekali Jong Hyun mengetatkan jaketnya saat angin datang menerpa.
Langkah Jong Hyun terhenti tepat di depan sebuah taman. Matanya mengedar ke sekeliling, menatap tempat itu saksama. Tidak ada seorang pun di sana. Yah, siapa yang ingin bermain di taman, pada sore hari yang dingin ini? Berbeda dengan saat musim panas. Di musim itu, pagi-siang-sore, taman ini selalu ramai. Ada yang jogging, main bulu tangkis, atau sekadar duduk berbincang.
==
"Oh, jadi di sini kau biasa jogging?" tanya gadis itu seraya memanggut-manggutkan kepala sambil menatap ke sekeliling.
Jong Hyun hanya mengangguk. Tadi, ia sangat kaget saat sedang asyik jogging, tiba-tiba ada yang menegurnya, dan yang mengejutkan lagi ternyata adalah gadis yang ia temui di bus beberapa waktu lalu.
"Rumahmu di dekat sini?" tanya Jong Hyun penasaran.
Gadis itu menggeleng, kini sibuk melompat-lompat dengan tali skipping yang dibawanya. "Ani.. (tidak). Lumayan jauh dari tempat ini. Kau sendiri?"
"Sama. Oh iya, tapi, sepertinya aku tak pernah melihatmu di sini."
Gadis itu tertawa, dan pikiran bahwa 'gadis itu terlihat manis dengan tawanya yang renyah' langsung menghantam pikiran Jong Hyun. Ia segera memalingkan wajah, berharap gadis itu tak membaca apa isi kepalanya sekarang.
"Kau benar. Aku memang baru pertama kali ini ke sini," ujar gadis itu di sela tawanya. "Ternyata kau ini baik, ya. Tidak seperti yang kubayangkan saat pertama ketemu denganmu waktu itu."
Jong Hyun mendengus sebal. "Aku kan sudah bilang, aku tidak bermaksud buruk saat itu. Kau saja yang berpikiran macam-macam dan langsung datang sambil marah-marah," gerutunya.
Melihat tampang memberengut Jong Hyun, gadis itu kembali tertawa. "Iya, deh, maaf. Aku kan tidak tahu. Terlebih, lihat tampangmu.."
"Kenapa tampangku?" potong Jong Hyun, agak tersinggung.
Gadis itu menghentikan lompatannya. "Jujur saja, yang melihatnya bisa saja berpikir kau tipe cowok-cowok brengsek. Mesum, atau apa lah. Dan lihat." Ia meninju-ninju pelan otot Jong Hyun yang di lengan. "Kau berbadan besar, dan kekar. Jadi, aku harus waspada, kalau kau seandainya macam-macam!"
Jong Hyun menatap gadis itu tak percaya. Ia mendengus lagi, kali ini benar-benar sebal. "Sepertinya kau terlalu banyak nonton drama atau film."
Gadis itu tertawa lagi, dan tawanya semakin terdengar renyah di telinga Jong Hyun. Ia kemudian mengulurkan tangan. "Kita sudah saling banyak bicara, tapi belum tahu nama masing-masing," selorohnya. "Yang Soon Tae imnida."
Jong Hyun pun tersenyum dan menyambutnya. "Kim Jong Hyun imnida."
==
Jong Hyun tersenyum tipis. Tangannya tanpa sadar sudah mengelus sandaran kursi kayu panjang yang sekarang didudukinya. Dulu, ini satu-satunya tempat favorit kala ia ingin beristirahat kalau kelelahan ketika jogging.
Saat itu lah matanya terpancang lurus pada satu tempat yang ada tepat tak jauh di depan matanya, terletak bersebrangan dengan taman ini. Sebuah Café kecil yang hanya dibatasi jalan besar saja. Café itu selalu sangat ramai dan penuh saat musim panas, karena orang-orang yang berolahraga atau sekadar berkunjung ke taman ini, sebagian akan menyempatkan mampir ke tempat itu. Kalau ia mau, sekarang juga ia bisa langsung lari menyebrang ke sana. Tapi, belum. Ia masih ingin mengingat bagaimana tempat itu bisa menjadi tempat favorit barunya.
==
Jong Hyun menopang dagu di atas meja. Sesekali ia menatap gusar ke arah pintu Café, lalu menghela napas.
Saat terdengar dentingan pintu Café yang terbuka, ia segera mengarahkan matanya ke sana, tapi hanya menghela napas lagi saat melihat yang membuka pintu adalah seorang pemuda berjaket hitam. Pemuda itu masuk dan menghampiri salah satu meja kosong, kemudian memesan sesuatu.
Jong Hyun kini menunduk menatap selembar kertas yang ada di tangannya. Lama ia menatap kertas itu, hingga terdengar lagi dentingan pintu, kali ini langsung disusul dengan derap langkah. Jong Hyun mengangkat kepala, lalu menegakkan tubuh saat seorang gadis menghampiri mejanya dan duduk di salah satu kursi sambil mengatur napas.
"Hhh…mian..mian (maaf..maaf) ..," ujar Soon Tae. Sepertinya ia berlari-lari dari halte bus hingga ke sini. Melihat wajah Jong Hyun memberengut, ia segera nyengir. "Aku bangun kesiangan. Tahu kan, hari ini dingin banget." Soon Tae melipat kedua tangannya di depan dada, mengetatkan jaket biru mudanya.
"Lalu, kenapa?" ketus Jong Hyun. "Jadi, kalau musim semi itu artinya waktunya bermalas-malasan?Bagaimana kalau musim dingin? Kau akan tidur seharian seperti beruang, begitu?"
Gantian, sekarang Soon Tae yang memberengut. "Kenapa, sih, harus marah-marah? Yang penting sekarang aku sudah di sini, kan?"
Jong Hyun hanya diam, menatapnya lurus, membuat Soon Tae mengerjapkan mata bingung. Jong Hyun kembali menghela napas saat melihat wajah itu. Rasanya ingin sekali ia memandangnya berlama-lama.
"Yaa (Heh)," tegur Soon Tae, mengibaskan tangan ke depan muka Jong Hyun, yang segera berjengit. "Malah diam. Sebenarnya kenapa kau ingin bertemu?"
Memang Jong Hyun yang mengirim pesan pada Soon Tae semalam, mengajaknya bertemu pagi ini. Sejak musim panas tahun lalu waktu itu, mereka jadi sering olahraga bareng dan selalu mampir ke Café ini. Tak menyangka, itu menjadi kebiasaan hingga sekarang. Tak peduli saat musim panas, musim gugur, musim dingin, atau pun musim semi, tempat ini tetap menjadi tempat favorit mereka untuk bertemu, entah itu sekadar mengobrol atau apa.
Tak kunjung mendapat jawaban dari Jong Hyun, Soon Tae jadi gemas dan mencubit lengan Jong Hyun. Tapi, matanya menangkap sesuatu yang baru ia sadari. Tangan Jong Hyun sedang memegang selembar kertas. Dari bentuknya, dan tulisannya yang terlihat, Soon Tae langsung tahu itu kertas apa.
Ia terdiam sejenak, lalu menatap Jong Hyun. "I..itu.."
"Iya. Panggilan untukku…"
Soon Tae sempat terpaku, tapi sedetik kemudian bersikap santai lagi. "Jadi, mengajak aku ketemu, cuma ingin memberi tahu soal itu?" tanyanya.
Jong Hyun mengernyit melihat wajah Soon Tae yang terlihat baik-baik saja. "Ini panggilan wajib militer," ujarnya, seakan menegaskan.
Soon Tae malah tertawa. "Iya, aku tahu. Aku kan bisa baca." Tapi, saat Jong Hyun sama sekali bergeming, tawa itu hilang. "Kenapa? Kalau memang kau sudah mendapatkan panggilan, maka tuntaskan lah kewajibanmu itu."
"Cuma itu?" gumam Jong Hyun. "Cuma itu yang akan kau katakan?"
Soon Tae kembali bingung. "Memang aku harus mengatakan apa lagi?"
"Kau tahu kan, ini akan sangat lama. Dan aku akan jauh dari kota ini. Kesempatan untuk aku bisa menemuimu, mungkin sangat kecil."
Soon Tae mengerjapkan mata. "Lalu, kenapa memangnya?"
Jong Hyun benar-benar melemparkan pandangan sebal ke Soon Tae sekarang. Apa ia harus benar-benar memperjelas sesuatu yang sekarang ada di kepalanya? Apa gadis ini tak akan mengerti kalau ia tak mengucapkannya langsung? Apa kedekatan mereka selama ini belum cukup menjadi suatu kejelasan?
 Tapi, Jong Hyun tak bicara banyak lagi. Ia bangkit, dan memasukkan kertas itu ke saku celana. "Ya sudah, cuma itu. Aku pulang dulu, ada urusan."
Tangan Soon Tae meraih lengan Jong Hyun, menahannya. Jong Hyun menatapnya malas. "Wae irae (apa lagi)?"
Soon Tae terdiam, dan entah Jong Hyun merasa salah lihat atau apa, rasanya ada rona kemerahan di pipi gadis itu walau tak begitu kentara.
"Ng…" Soon Tae menggigit bibir, namun sedetik kemudian ia menatap Jong Hyun dengan bola mata cokelatnya yang jernih. "Aku akan mengunjungimu kalau ada waktu."
            Jong Hyun langsung memutar tubuh, menghadap ke gadis itu, dan memiringkan kepala, seakan ingin memastikan sesuatu di wajah Soon Tae.
            "Wae (kenapa)??" seru Soon Tae agak gelagapan karena dipandangi seperti itu. Ia memalingkan wajah ke lain, pura-pura memperhatikan pengunjung yang ada di sebrang meja.
            "Dan ..menungguku?" tanya Jong Hyun.
            Soon Tae kembali menatapnya bingung. "Eo (Hah)?"
            "Kau akan mengunjungiku… dan juga menungguku?"
            Sesaat Soon Tae masih menatap Jong Hyun bingung, sampai akhirnya ia merasa paham akan sesuatu saat Jong Hyun terus menatapnya serius. Sekilas, Soon Tae sempat terlihat kikuk, tapi ia tetap berusaha mengatakannya.
            "Aku akan menunggumu. Saat kau selesai wajib militer, kau akan tetap bisa menemukanku."
==
            Menunggu?
Kata-kata gadis itu terngiang di kepala Jong Hyun sekarang, membuatnya termenung. Jong Hyun masih sangat ingat, bagaimana perasaannya bertambah kalut saat Soon Tae mengatakan hal itu. Ada perasaan bahagia, namun terselip ketakutan. Pertanyaan-pertanyaan seperti, akan kah Soon Tae bisa menunggunya? Selama dua tahun? Akan kah saat ia kembali, Soon Tae masih menjadi gadis yang sama seperti saat sebelum ia pergi wajib militer? selalu berputar-putar di kepalanya.
Jong Hyun menggelengkan kepala, mengenyahkan semua pikiran dan kenangan lama itu. Ia bangkit dari duduk, dan perlahan melangkah lurus ke depan, keluar dari taman itu. Kedua tangannya kembali ia masukkan ke dalam saku celana, lebih karena terasa dingin. Ia tak akan mengeluarkan tangan itu sebelum ia mendapatkan penghangat yang sesungguhnya.
            Begitu menyebrangi jalan, Jong Hyun berhenti tepat di depan pintu Café. Tempat penuh kenangan ini, menimbulkan suatu perasaan aneh yang bergemuruh di dadanya. Setelah begitu lama, ia baru bisa menginjaknya lagi. Terpaksa Jong Hyun mengeluarkan salah satu tangannya, meraba dadanya sebentar, menenangkan diri. Lalu, ia mendorong pelan pintu itu hingga terdengar bunyi dentingan.
            "Dulu, dua tahun yang lalu, di musim yang sama, terakhir kita bertemu di sini, kau yang marah karena aku telat. Sekarang, setelah dua tahun, di musim yang sama, kau yang telat. Sekarang aku yang berhak marah, kan?"
            Kedatangan Jong Hyun langsung disambut omelan salah satu pengunjung Café itu, seorang gadis yang kini berdiri dari kursinya sambil berkacak pinggang dan melototkan mata. Jong Hyun tersenyum tipis melihat wajah yang telah lama tak dilihatnya itu.
            "I'm back…" katanya lembut.
            Gadis itu menurunkan tangan, dan wajahnya yang tadi galak, kini turut melembut. "Aku sudah bilang, kan, kau akan tetap bisa menemukanku."
            Jong Hyun merengsek masuk mendekati gadis itu, dan meraih kedua tangannya, menggenggamnya lembut. "Penghangatku," bisiknya.

The END

dokter gigi, help me T__T

ada nggak ya dokter gigi atau siapa pun yg bersedia mendengarkan curhat saya ini? T__T

saya memiliki masalah dengan gigi.

saya ini berusia 20 tahun, tapi sudah ompong 3, dan make gigi palsu huhuh

entah kenapa sejak kecil gigi saya mudah keropos/ rusak.

sekarang udah pake 3 gigi palsu.

eh..ada dua gigi lagi yg hendak keropos juga. yang 1 udah ditambal... tapi tambalannya rusak..

dan saya ini paling takut yang namanya ke dokter gigi..


btw ada yg tinggal di makassar nggak? Tahu tempat dokter gigi yg bagus? (baik itu secara kualitas, maupun secara kuantitas *???* ) hehehe..

yang paling penting lagi dokter giginya yang ramah,


yang bisa bikin aku nyaman dan nggak takut, yang nggak bakal marah2 nanti saat lihat gigiku banyak rusaknya..

ada yg mau recommend??





ada nggak ya dokter gigi atau siapa pun yg bersedia mendengarkan curhat saya ini? T__T

saya memiliki masalah dengan gigi.

saya ini berusia 20 tahun, tapi sudah ompong 3, dan make gigi palsu huhuh

entah kenapa sejak kecil gigi saya mudah keropos/ rusak.

sekarang udah pake 3 gigi palsu.

eh..ada dua gigi lagi yg hendak keropos juga. yang 1 udah ditambal... tapi tambalannya rusak..

dan saya ini paling takut yang namanya ke dokter gigi..


btw ada yg tinggal di makassar nggak? Tahu tempat dokter gigi yg bagus? (baik itu secara kualitas, maupun secara kuantitas *???* ) hehehe..

yang paling penting lagi dokter giginya yang ramah,


yang bisa bikin aku nyaman dan nggak takut, yang nggak bakal marah2 nanti saat lihat gigiku banyak rusaknya..

ada yg mau recommend??





 
Miss's WORLD! Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template