Minggu, 19 Agustus 2012

Menyayangi = mempersiapkan diri untuk luka

Dia itu aneh.

Tapi dia itu membuat penasaran.

Aku sudah berpikir setiap saat, memikirkan.....apa sih yang dilakukan lelaki ini hingga bisa membuat hatiku menaruh perhatian lebih padanya?

Setiap malam saat akan menutup mata, aku selalu teringat padanya.

Dan hingga malam ini...aku pun masih memikirkan tentangnya. Dan jawaban apa yg kuperoleh untuk semua pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dirinya?

Nothing..

Dia tak melakukan apa-apa padaku.

Hanya aku lah seorang yang bersedia membuka hati untuknya, walau kalau ditanya alasan dibalik itu, sungguh aku tidak tahu.

Aku sendiri bingung, kenapa kita menyukai seseorang selalu tanpa kita ketahu alasannya? Lalu, kenapa kita HARUS tidak menyukai seseorang dengan alasan?

Padahal, aku selalu meyakini bahwa setiap rasa yang ada di dunia ini,selalu memiliki alasan tersendiri

Karena kita tidak mungkin melakukan atau merasakan sesuatu tanpa alasan.

Tapi...yah...begitu lah...

Aku tetap tak menemukan alasan, kenapa hatiku saat ini memilih dia?

Dia hanya lah lelaki biasa, dan aku pun tak mengenalnya dengan baik. Karena aku hanya bisa bersua dengannya lewat Twitter, bukan dunia nyata.

Twitter itu tempat dimana orang bisa menjadi siapa saja. Tempat dimana bisa menyembunyikan sesuatu, dan bisa menunjukkan sesuatu.

Bukannya aku bilang aku tak percaya dia.

Aku merasa, bagaimana pun sosoknya di dunia nyata, aku akan tetap menyukainya seperti sekarang.

Kenapa?

Karena aku tak punya alasan yang pasti kenapa rasa ini ada, dan aku pun tak akan punya alasan kenapa kelak rasa itu akan menghilang. Kecuali aku yang akan punya NIAT untuk menghilangkannya.

Aku mengenal diriku dengan baik, dan aku sangat tahu persis perasaanku, jadi aku bisa menerka bahwa rasa ini akan bertahan dalam jangka waktu lama...

Sampai kapan?

Sampai dia menyakitiku untuk ke seratus juta kalinya? Tidak.

Aku bukan orang yang mudah menghilangkan rasa sayang hanya karena alasan-alasan yang digunakan oleh banyak orang itu.

Rasa sayang itu tentu tidak mungkin datang dengan segampang itu, dan tentu mengenyahkannya juga tidak segampang itu.

Sampai dia menegaskan bahwa aku tak akan pernah jadi siapa-siapa baginya?

Tidak juga. Kalau hal ini menjadi penyebab aku bisa mengenyahkan perasaan ini, tentu sekarang aku sudah mengenyahkannya. Karena sejak awal hingga sekarang pun aku tahu dengan pasti, sampai kapanpun aku tak akan pernah jadi apa-apa dan siapa-siapa untuknya :')

Aneh ya...

Aku sudah mengetahui hal itu dengan sangat yakin, tapi kenapa aku masih ngotot memberi hati padanya. Padahal sudah sangat jelas dia tak akan menyambut hatiku

Well...aku memang maha tolol ..

Aku pun tak pernah menyalahkan lelaki ini, karena dia tak pernah meminta, tak pernah memaksa. Di sini...akulah yg dengan sukarela menaruh hati padanya.

Dan aku pun sudah mempersiapkan diri kalau hati itu hanya akan tersangkut di ujung ranting yang rapuh, tanpa ada tangan meraihnya..

Aku sudah mempersiapkan diri kalau kelak hati itu sudah tak mampu lagi bergantung di sana, dan pada akhirnya jatuh tertiup angin... Jatuh ke tanah, dan tentunya akan menjadi serpihan yang berserakan..

Aku sudah mempersiapkan semua kemungkinan yang akan terjadi itu,... ..karena itu aku sendiri tak pernah mengharapkan tangannya meraih hati itu.

Kelak,saat hati itu sudah hancur menjadi serpihan di atas tanah basah karena air mata... aku akan menunggu tanah itu kering dan akan memungut serpihan-serpihannya, merakitnya kembali menjadi satu... Walau tentunya tak akan menjadi hati yang sempurna seperti saat sebelum aku mengenal lelaki ini..

Sakit itu sudah pasti akan kurasa. 'Barang' apapun yang pecah dan hancur, sebenarnya selalu merasa sakit. Hanya saja mereka tak bisa bicara untuk menyuarakan betapa mereka merasakan kesakitan yang begitu hebat. Dan itu hanya karena mereka tak diberikan kemukjizatan berupa 'jiwa' . Namun...justru itu lah aku kagum dengan mereka. Mereka terlihat kuat, karena mereka terlihat tak pernah mengeluh.

Mereka lah yang selalu aku jadikan panutan. Aku bisa mengartikan hatiku sebagai 'barang'..

Saat ia terluka dan hancur, aku tak akan mengeluh atau pun menyuarakan rasa sakit dan pedihnya...

Aku hanya akan diam, menikmatinya dalam hening dan senyuman palsu..

Itulah yang disebut kemunafikan sendiri.

Tetapi,terkadang kemunafikan itu perlu. Dan itu caraku untuk mengatasi luka.

Bukan kah mencintai dan menyayangi itu berarti sudah siap untuk tersakiti dan terluka..?

Saat aku mulai menyayangi lelaki ini, itu artinya aku sudah mempersiapkan diri..







:)






0 komentar:

Posting Komentar

Lalu, apa pendapatmu tentang ini? :)

 
Miss's WORLD! Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template