Kenapa aku harus menyayangi orang yang hidup begitu jauh dariku?
Kenapa harus ada jarak tercipta di antara kita?
Aku benci jarak, saat ini.
Karena jarak membuatku tak bisa menjangkau sosoknya dengan tanganku, tidak bisa melihat sosoknya dengan mataku, dan bahkan tak bisa mencium aromanya.
Aku hanya bisa memastikan ia baik-baik saja dari sebuah jejaringan social…bernama twitter.
Hanya dari untaian kata-katanya aku bisa memastikan apakah ia sedang baik-baik saja, atau sebaliknya, sedang tidak baik-baik saja.
Tapi, siapa pun jelas tahu, Twitter adalah tempat dimana orang bisa menyembunyikan sesuatu, dan juga menunjukkan sesuatu. Tidak ada yang bisa memastikan bahwa apa yang ada di twiiter itu adalah info akurat dan terpercaya.
Twitter itu bagai sebuah panggung drama, dimana sebenarnya ada banyak peran di balik layarnya. Seperti sebuah panggung drama, selalu ada kesulitan dan kehebohan di balik layarnya, tanpa ada yang tahu, karena saat pertunjukkan itu diperlihatkan di depan penonton, yang terlihat hanya keindahannya yang memukau. Kita sebagai penonton tidak tahu bahwa ada banyak kesusahan di balik sosok indah memukau itu.
Itu yang aku takutkan.
Aku takut dia yang kusayang selalu mengenakan topeng…
Aku takut apa yang ia perlihatkan bukanlah seperti apa ada dirinya saat itu…
Aku takut ia membahanakan tawanya lewat tulisan, padahal nyatanya ia sedang terpuruk di balik tulisan itu…
Aku takut ia bercanda ria dengan temannya lewat tulisan, namun nyatanya ia sedang terpaku sendirian dalam kesepian dan kesedihan…
Di saat seperti ini, aku membenci jarak.
Kenapa aku harus menyayangi orang yang di antara dia dan aku tercipta jarak yang panjang dan sangat jauh.
Jarak yang panjang ini, membuatku tak bisa bergerak bebas, membuatku tak bisa melakukan apa-apa untuknya.
Bagaimana kalau ia sedang menangis? Aku tak akan tahu.
Memang, kalaupun ia ada di dekatku, aku mungkin tak akan bisa berbuat apa-apa saat ia sedang mengeluarkan air mata. Aku mungkin tak akan bisa menghapus rasa sedihnya. Aku pun tak akan mungkin bisa menghapus air matanya walau pun ia seandainya ada di dekatku.
Karena….aku tidak punya kemampuan untuk itu. Aku bukan orang yang diciptakan untuk membuatnya bahagia atau pun menghilangkan rasa sedihnya.
Aku bukan orang yang diciptakan untuk menghapus air matanya.
Aku hanya diciptakan untuk menyayanginya. Cuma itu saja yang aku miliki.
Tapi, setidaknya kalau tidak ada jarak, aku bisa duduk di sisinya walau pun aku tak akan bisa melakukan apa-apa untuk menghentikan semua kesedihan yang ia rasakan. Setidaknya ia tidak sendiri. Karena aku ingin menemaninya walau hanya bisa duduk diam di sebelahnya.
Memang, kadang menyakitkan kalau kita tidak melakukan apa-apa untuk orang yang kita sayang. Rasanya sangat menyakitkan saat jarak membuat kita jadi memiliki keterbatasan untuk melakukan apapun.
Aku selalu saja mengatakan, ‘aku tidak ingin apa-apa dari orang yang aku sayang. Aku tidak mengharapkan ia balas menyayangiku. Yang aku ingin hanya, ia tersenyum. Tidak pernah kehilangan senyum..’
Tapi nyatanya? Aku tidak akan pernah bisa menciptakan senyuman di bibirnya. Karena, aku tidak diciptakan memiliki kemampuan itu. Dan aku juga bukan orang yang ia harapkan untuk membuatnya tersenyum. Ada orang lain yang bisa melakukan itu…namun aku tidak tahu ada di ujung belahan dunia manakah dia? Seandainya aku tahu, aku ingin sekali datang menemuinya dan meminta ia mengembalikan senyuman orang yang aku sayang. Karena hanya dia lah satu-satunya yang punya kemampuan untuk melakukan itu. Bukan aku.
Jarak…
Jarak kita jauh, kamu di ujung Negara sana dan aku di ujung Negara sini.
Yah…mungkin ini tidak pernah menjadi masalah buatmu. Namun ini menjadi masalah buat ku, saat aku tidak bisa melakukan apa-apa untukmu…
0 komentar:
Posting Komentar
Lalu, apa pendapatmu tentang ini? :)