Johaharago?
..nado johahae..
pwa! pwa! …
Johaharago?
..nado johahae
pwa! Pwa! ...
Lantunan lagu itu sudah terdengar selama
sekitar dua menit memenuhi ruangan, dan bagian reff tersebut sudah berulang selama kurang lebih dua kali. Bola
mata Min Ah menatap lurus ke layar laptop di depannya yang tergeletak begitu
saja di atas lantai, tapi sedetik kemudian ia melengos. Terlebih ketika untuk
yang kesekian kalinya ia mendengar suara ‘jejeritan’ berisik dua orang gadisyang
duduk di sebelahnya.
“Kyaaaa!
Lihat, deh, lihat!!” seru Se Ra, gadis berambut lurus sebahu yang kini sudah
sibuk menunjuk-nunjuk layar laptop dengan telunjuknya. Ujung telunjuk itu
diarahkan tepat di wajah seorang cowok berambut cokelat kemerahan dengan rambut
yang -menurut Min Ah-‘dikriwil-kriwil’ tidak jelas. “Aduhhh… Tae Sun keren
banget, ya!! OMO!” jerit Se Ra lagi saat cowok yang disebut-sebutnya itu kini
sedang menari-nari di air dan mengibaskan rambutnya –di dalam MV mereka yang
bertajuk ‘nado joha’.
“Iya!!” balas Park Hyun Ri segera,
tidak kalah menjerit. “Apalagi Min Chul! Lihat deh.. mau gaya apapun juga Min
Chul itu keren gila!!! Aduh, tatapan matanya itu lohh…Nggak kuaattt!!”
“Ne,
ne!!” Se Ra mengangguk-anggukan kepala dengan semangat. “Jo Hyun juga di
sini sumpah ganteng banget! Aduh, aku nggak bakal bosan-bosan, deh, nonton
video klip nado joha ini. Mereka
semua keren banget kalau nyanyi lagu ini!”
Dan untuk ke sekian kalinya, Min Ah
melengos lagi dan memutar bola matanya. Kedua sahabatnya itu memang sangat
senang sekali dengan boyband-boyband
Korea, dan selalu menggemari mereka, terutama STAR. Min Ah sampai sekarang
tidak tahu, sebenarnya apa ‘asyiknya sih’ menggemari boyband-boyband seperti STAR, Super Nine, M-BLAQ, TvxQ, atau apalah lagi itu namanya –hanya-fangirl-yang-tahu. Dan, catat baik-baik,
Min Ah bukan lah tipe gadis yang tergabung dalam fangirl semacam itu. Menurut Min Ah, kegiatan yang dilakukan oleh
gadis-gadis seperti Hyun Ri dan Se Ra hanya membuang-buang waktu saja.
Mengoleksi majalah artis, menempel poster-poster di dinding kamar, menonton
semua video-video mereka, menjerit-jerit seperti orang gila saat melihat mereka
di TV, dan sebagainya. Buang-buang waktu!
“Ya,
Hyun Ri-ya, kau mengajakku ke rumahmu, cuma untuk menonton video-video
tidak jelas ini?” tanya Min Ah akhirnya dengan nada jengkel.
“YA!”
Hyun Ri menyikut lengan Min Ah dengan agak kasar –karena marah. “Berani sekali
kau mengatakan hal itu di depanku! Orang yang berani berbicara tentang STAR
seperti itu, berarti musuhku!”
“Oke, aku sekarang jadi musuhmu,
nih?” tanya Min Ah dengan tenang, sama sekali tidak berniat untuk membalas
perbuatan Hyun Ri tadi walau sebenarnya dia merasa ngilu karena tadi Hyun Ri
menyikutnya dengan sangat kasar dan kuat.
“Min Rin-a,
kau setuju dengan ku, kan?” Kali ini Min Ah menengokkan kepalanya ke arah
tempat tidur Hyun Ri. Di sana ada seorang gadis yang sedari tadi terlihat cuek
dan lebih memilih menikmati buku yang sedang di bacanya sambil tengkurap di
atas tempat tidur.
“Eo?”
Gadis yang dipanggil Min Rin itu mengangkat kepalanya dan menatap Min Ah polos.
“Apanya?”
Min Ah kembali memutar bola mata,
mulai kesal lagi. Dia memang senang karena Min Rin tidak mengikuti jejak Hyun
Ri dan Se Ra, yang artinya dia masih punya teman yang cukup waras –tidak
menggilai boyband. Tetapi, yang
terkadang menyebalkan adalah Min Rin terlalu cuek. Sangat cuek, sehingga
membuat Min Ah ingin menggigit telinganya itu.
“Lupakan,” ketus Min Ah. “Aku mau
pergi. Mau ke perpus, minjam buku. Ada yang mau ikut?” tanya Min Ah, yang
sedetik kemudian segera disesalinya. Seharusnya ia tidak perlu bertanya, karena
hal itu percuma. Terbukti semua orang di kamar itu hanya bergeming, sedikit pun
tak menyahut atau sekadar menoleh ke arah Min Ah yang kini sudah berdiri dan
melangkah ke pintu. Kemudian, kembali terdengar suara jejeritan Se Ra dan Hyun
Ri. Mereka sepertinya sama sekali tidak mendengar ajakan Min Ah. Bahkan mungkin
sama sekali tidak peduli.
Min Ah kembali melengos, sebal.
Dengan sekali sentak dia membuka pintu dan melangkah keluar. Beberapa menit ke
depan semenjak Min Ah pergi, keadaan kamar masih tidak berubah. Suara kicauan
Se Ra dan Hyun Ri masih terdengar, begitu juga dengan Min Rin yang masih betah
tengkurap di atas tempat tidur.
Min Rin tidak membiarkan pandangannya lepas sedetik pun dari halaman
sebuah majalah yang ia pegang. Matanya sama sekali tidak berkedip memandangi
sosok lima cowok yang sedang berpose di lembar halaman itu. Walau begitu, hanya
satu sosok yang benar-benar ia pandangi begitu lama, sosok laki-laki berambut
hitam dengan sedikit warna pirang keemasan di bagian poninya, sedang berpose
duduk di sebuah kursi dengan pandangan menerawang. Perlahan ibu jari Min Rin
mengelus gambar laki-laki itu, tepat di bagian matanya yang seperti mata anjing,
mata yang sangat disukai Min Rin.
“Jo Hyun oppa…” gumamnya seperti berbisik.
===
Suasana sebuah kelas di salah satu
sekolah ternama di Seoul terlihat
riuh pagi ini. Tidak mengherankan sebenarnya, karena pada umumnya semua kelas
di tiap sekolah pasti seperti itu selama bel masuk belum berbunyi. Tetapi, yang
menarik dan berbeda pagi ini adalah topik yang sedang dibicarakan, yang membuat
hampir semua anak gadis di Seoul gempar.
“Di antara kita ada yang sudah coba membuka situs itu belum??” tanya
seorang gadis yang langsung disambut dengan jawaban-jawaban heboh.
“Beluumm!”
“Aku sudah semalam. Tapi, tidak berhasil…huhuh..!” sahut yang lain dengan
nada dibuat sendu.
“Aku juga sudaaah! Tapi, juga tidak berhasil. Ck… Bagaimana ya caranya
supaya berhasil??”
“Aku mau banget jadi Genie-nya
STAR! Duh, pasti bahagia banget kalau bisa melihat mereka sepanjang hari, ada
di dekat mereka setiap saat…”
“KYAAA…!” koor yang lain dengan
hebohnya.
“Pasti enak banget!”
“Nee..! Membayangkannya
saja…aduh….aku sudah mau pingsan rasanya!!”
Semua gadis di dalam kelas kini berpusat pada satu meja yang dijadikan
mereka tempat berkumpul dan bergosip. Meja siapa lagi, kalau bukan meja Shin Se
Ra, salah satu gadis paling supel di
kelas ini, apalagi kalau sudah membicarakan tentang boyband STAR, dan memang itu yang sedang mereka bicarakan sekarang.
Hanya sepasang meja yang pemiliknya terlihat anteng, duduk tenang di
bangkunya. Meja milik Min Ah dan Min Rin. Min Rin terlihat sibuk membaca buku
tentang Maria Antoinette, sedangkan Min Ah memperhatikan kumpulan para gadis
penggosip itu, walau harus memutar bola mata beberapa kali kalau ada sesuatu
yang didengar dan tidak disukainya.
“Aish…sampai sekarang aku tidak
mengerti, kenapa mereka bisa tergila-gila pada STAR? Aku perhatikan mereka
hanya cowok biasa, tidak ada istimewanya sama sekali, huh….” dengus Min Ah,
lantas menyenderkan tubuhnya dengan malas di sandaran bangku.
Min Rin yang mendengar, mendongkakkan wajah sedikit ke Min Ah dan tertawa
kecil, lalu kembali sibuk dengan bukunya.
“Itu karena kau tidak mengerti seni,” cetus Hyun Ri, tahu-tahu sudah
duduk di hadapan Min Ah. Di antara mereka berempat, hanya Hyun Ri yang berbeda
kelas, karena itu kalau ada kesempatan Hyun Ri akan datang ke kelas mereka.
“Seni apaan?” dengus Min Ah lagi. “Seni itu…melukis, menari, menyanyi.
Tahu? Bukannya menjerit-jerit seperti orang gila, memuja-muja cowok..”
“Itu juga bagian dari seni!” seru Hyun Ri agak ngotot. “Kita memuja
mereka, karena suara mereka bagus, dan tarian mereka juga asyik. Kalau soal
ganteng dan keren, itu kan hanya bonusnya saja.”
“Oh? Aku tidak yakin,” dengus Min Ah, kali ini agak sinis. “Kalau mereka
tidak ganteng dan keren, tidak akan ada penggemarnya. Aku berani bertaruh.
Banyak artis yang sebenarnya suaranya jauh lebih bagus, tapi kalah pamor hanya
karena wajahnya yang biasa-biasa saja.”
“Ya..ya..terserah, deh,” balas Hyun Ri, mulai malas berdebat dengan Min
Ah. Perhatian Hyun Ri beralih ke Min Rin yang masih saja menundukkan kepala,
menatap bukunya. “YA, Min Rin-a!” tegur Hyun Ri, membuat Min Rin
mengangkat kepala untuk menatapnya. “Kau selalu saja membaca buku. Apa kau
tidak bosan? Aku yang lihat saja bosan.”
Min Rin hanya menjawabnya dengan tertawa kecil.
“Apa kau tidak tertarik untuk mendaftar jadi Genie? Siapa tahu kau beruntung.”
Kali ini Min Rin hanya tersenyum tipis, lalu kembali menundukkan kepala.
“Kau jangan mencoba menghasutnya!” bela Min Ah segera. “Min Rin itu sama
sepertiku, tidak akan mau bergenit-genit ria mengidolakan boyband sampai seperti itu.”
Saat mengatakan dua kata terakhir, mata Min Ah sengaja melirik ke arah kumpulan
gadis tadi yang masih betah membicarakan STAR dan Genie, dan tentunya akan bubar kalau bel masuk sudah berbunyi.
===
Begitu bel istirahat berbunyi, beberapa anak gadis langsung berlarian
keluar kelas dan menuju ke arah yang sama. Tidak tertinggal, Hyun Ri dan Se Ra
yang ikut heboh berlari-lari di koridor sekolah. Min Rin dan Min Ah hanya bisa
pasrah saat tangan mereka ditarik oleh ke dua orang itu, dibawa ke LAB
komputer.
Min Ah nyaris ternganga saat mendapati LAB komputer kali ini sangat
ramai, lebih dari biasanya. Memang tidak heran kalau ada satu-dua anak murid
yang meluangkan waktu istirahat di LAB, karena bisa memanfaatkan fasilitas
internet. Tapi, tidak pernah sebanyak ini, sepertinya ada 20 orang atau lebih
yang masuk ke dalam lab dan berebutan menggunakan komputer.
“Ya ampun…” Min Ah melengos sebal, dan menepuk keningnya sendiri. Ia
menoleh ke Min Rin yang berdiri di sebelahnya, sedang menatap ke seluruh isi
LAB, memperhatikan semua anak. “Aku mau keluar saja. Mau ke kantin sekolah. Kau
mau ikut tidak?”
Min Rin tersenyum tipis. “Aku di sini saja, menunggu Hyun Ri dan Se Ra.
Lagipula aku kebetulan juga ada tugas sekolah yang ingin aku cari di internet.”
“Oh, ya sudah.” Min Ah mengangkat bahu dan segera membalikkan tubuh. “Aku
heran kau bisa betah di sini,” gumamnya sambil lalu sebelum benar-benar keluar
dari LAB untuk mengasingkan diri dari kebisingan di sana.
===
“Aduh, bagaimana caranya supaya
kita bisa mendaftar jadi Genie? Aku
sangat menginginkannya,” kata Se Ra nyaris merengek. Sudah ada 10 menit ia
duduk di depan salah satu komputer, setelah membutuhkan waktu untuk merebutnya
dari teman yang lain, memaksa bergantian. Di layar komputernya ada halaman browser web yang di kolom URLnya
tertulis, www. stars-genie.co.kr.
“Coba di enter lagi,” kata Hyun Ri mencoba menyemangati walau ia sendiri
sebenarnya sudah cukup patah semangat. Sudah berkali-kali mereka mencoba membuka
web ini, tapi tidak pernah berhasil.
Memang teryata benar adanya berita burung
yang tersebar, bahwa tidak sembarangan orang bisa mendaftar sebagai Genie.
Sudah selama satu minggu ini terdengar kabar beredar tentang www. stars-genie.co.kr. Yang katanya,
itu adalah sebuah website berisi
kolom pendaftaran untuk orang yang ingin mendaftar menjadi genie. Kabarnya STAR memang sengaja mencari seorang Genie untuk mendampingi mereka. Dalam
bayangan para anak gadis, tentu saja menjadi genie itu sungguh menyenangkan. Menjadi pendamping STAR, berarti
bisa berada di dekat mereka setiap saat. Bukan kah hampir semua gadis di dunia
memimpikan hal itu?
Karena itu, ada cara khusus untuk mendaftar sebagai Genie, sehingga tidak sembarangan orang bisa mendaftar.
JK-Entertainment menetapkan peraturan, bahwa yang bisa mengakses website itu hanyalah orang yang menekan
tombol enter disaat yang bersamaan dengan
operator website –entah siapa-itu menekan tombol enter juga. Peraturan ini sengaja diterapkan untuk mengantisipasi membludaknya seluruh gadis di dunia yang
ingin menjadi Genie. Terbukti, dari
semua murid gadis di Cube High School ini, ada 100 orang lebih yang mendaftar
dan sampai sekarang belum ada yang berhasil mengakses website pendaftaran itu.
Banyak yang percaya, kalau ada gadis yang berhasil mengakses website itu, pasti memang ia diTAKDIRkan
untuk menjadi genie. Dan siapa kah
orangnya? Tentu hanya Tuhan yang tahu.
“Jangan-jangan berita ini cuma bohongan,” keluh Se Ra seraya menopang
dagu dengan pasrah. Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya supaya bisa
membuka halaman website itu. Ia
merasa sudah berkali-kali menekan tombol
enter, tapi tidak juga bisa masuk.
“Nggak mungkin, ah,” sanggah Hyun Ri cepat. “Kemarin semua media sudah
meminta konfirmasi tentang hal ini dari JK-entertainment dan pihak STAR
sendiri. Dan mereka bilang kalau berita ini tidak bohong. STAR memang sedang
mencari genie.”
“Tapi, kenapa kita tidak bisa masuk?” rengek Se Ra nyaris menangis.
“Belum nasib kali,” jawab Hyun Ri enteng. “Sudah, yuk, kita ke kantin.
Aku takut sebentar lagi bel masuk, kita tidak sempat ke kantin. Aku lapar,
nih.” Hyun Ri segera menarik paksa tangan Se Ra. Kalau tidak begitu, Se Ra
tentu akan terus betah berkutat dengan komputer, memaksakan diri agar bisa
mengakses website itu.
“Min Rin-a! Ayo!” tegur Hyun
Ri, karena Min Rin masih berdiri di tempatnya, tidak terlihat akan ikut keluar
bersama mereka.
“Aku ingin mengerjakan tugas sebentar. Kalian duluan saja. Aku tidak ikut
ke kantin,” jawab Min Rin lembut seraya memberikan senyum.
“Oh, begitu? Oke. Kau ini, selalu saja memikirkan tugas sekolah.
Sekali-sekali lupakan yang namanya belajar,” ledek Hyun Ri, yang lagi-lagi hanya
dibalas dengan senyuman oleh Min Rin.
Sepeninggal Se Ra dan Hyun Ri, Min Rin segera duduk di salah satu
komputer. Matanya sempat menatap ke
sekitar, berharap tidak ada yang sedang memperhatikannya. Memang masih ada
beberapa orang di LAB, tapi masing-masing sepertinya sibuk sendiri, membuat Min
Rin agak lega. Ia sekarang bisa bebas membuka website, www. stars-genie.co.kr.
Berbohong.
Min Rin mengakui ia telah berbohong pada banyak orang, terutama pada ketiga
sahabatnya, Se Ra, Min Ah, dan Hyun Ri. Di depan semua orang ia berlagak tidak
tertarik pada boyband-boyband Korea,
tapi sejujurnya ia pun sangat menggemari boyband
Korea, terutama STAR.
Selama ini Min Rin selalu
menghindari kumpulan fangirl yang
memuja-muja STAR dan tidak pernah bergabung dengan mereka, karena ia tidak
ingin terlihat sama seperti gadis-gadis itu. Ia ingin menjadi penggemar yang
berbeda, tidak ingin terlihat begitu tergila-gila dan memuja, namun
sesungguhnya ia memiliki perasaan kagum yang begitu ‘khusus’. Yang ia tahu, ia
berbeda, dan tak ingin disamakan dengan fangirl
kebanyakan.
Dengan agak tergesa-gesa Min Rin mengetikkan
alamat www. stars-genie.co.kr di
kolom URL. Namun, sebelum menekan tombol enter,
ia memejamkan mata sejenak dan mengatupkan kedua tangan di depan dada. Ia
tahu, keberuntungannya untuk bisa mengakses halaman ini mungkin hanya
0,000000001%. Tetapi, tidak salah kan kalau ia berharap pada 0,000000001%. itu?
Dengan jari tengah yang agak gemetaran, Min Rin menyentuh tombol enter dengan hati-hati. Matanya terpejam
erat sekali, dan lalu terbuka, menatap layar komputer dengan penuh harapan
cemas.
“Please…” gumamnya nyaris
berbisik, lalu menekan tombol enter itu.
Terlihat halaman web itu mulai loading.
Dengan tanpa berkedip sedikit pun, Min Rin menatap lekat-lekat layar itu. Ia
menantikan loading itu dengan sabar,
dan berharap apa yang dialami teman-teman tidak terjadi padanya.
Namun, harapan tinggal harapan. Loading
itu berhenti, dan sama sekali tidak ada tanda-tanda suatu apapun yang
terbuka di layar komputer. Hanya browser web
yang kosong.
Min Rin terduduk lemas di kursinya, nyaris tidak mau berharap lagi. Tapi,
ia pikir, kenapa ia harus menyerah sekarang? Teman-teman lain yang sudah
mencoba membuka web ini beratus-ratus
kali saja masih semangat. Masa ia kalah?
Dengan mantap, Min Rin kembali menegakkan tubuhnya, dan mengetik kembali
alamat web di kolom URL tersebut.
Min Rin tahu, tidak seharusnya ia
berharap tinggi. Namun, mencoba juga tidak salah kan? Siapa tahu Dewi Fortuna
sedang berpihak padanya saat ini. Dengan menahan senyum yang terkulum di
bibirnya, Min Rin menekan tombol enter dengan
jari tengahnya.
Tepat saat itu juga mendadak layar
komputer berubah hitam gelap. Komputer itu mati.
“Hah??” Min Rin terperangah kaget.
Min Rin mencoba menekan-nekan tombol
di keyboard sembarangan, berharap
layar komputer kembali menyala, tapi tidak memberikan pengaruh apa pun. Layar
komputer itu tetap hitam gelap.
Dengan agak bingung Min Rin mencoba
menekan-nekan tombol enter, tapi
layar komputer sama sekali tidak ada perubahan. Ada apa ini? Ia merasa tidak
menekan tombol power, tapi kenapa
komputer ini bisa mati sendiri?
Min Rin menatap ke sekeliling, untuk
melihat komputer-komputer yang lain. Semua komputer masih menyala, berarti
bukan karena listrik mati.
Agak cemas, Min Rin mencoba kembali
menekan-nekan tombol di keyboard secara
sembarangan. Ia takut komputer ini rusak dan dirinya yang tertuduh –walau
memang ia pelakunya. Min Rin terpaku diam menatap layar gelap di hadapannya.
Apa yang harus ia lakukan? Mungkin, ia harus kabur diam-diam sebelum ada yang
lihat kalau ternyata ia yang sudah merusak komputer ini?
Tiba-tiba, layar komputer mendadak
berubah warna menjadi biru tua, sebelum akhirnya berwarna putih polos.
“Loh? Nyala??” pekik Min Rin riang, tapi tetap bingung. “Kenapa warnanya
berubah-ubah seperti ini? Apa tadi aku
sudah salah menekan tombol?” gumam Min Rin masih agak panik. Namun, setelah ia
pikir-pikir lagi, seharusnya itu tidak terjadi karena ia sama sekali tidak
menyentuh tombol apapun lagi.
Min Rin melirik mouse berwarna
abu-abu yang tergeletetak manis di samping keyboard.
Benda itu juga sama sekali tidak disentuhnya.
“Aduh…apa jangan-jangan komputernya benar-benar rusak, ya? Aku bisa
mampus kalau begini. Aku bisa dituduh merusak komputer milik sekolah,” keluh
Min Rin, cemas dengan kesimpulannya sendiri.
Min Rin masih menatap cemas layar komputer di depannya yang masih
berwarna putih polos, sebelum akhirnya mendesah pelan dan menyenderkan tubuhnya
ke sandaran kursi.
Saat Min Rin sedang terpekur sendiri, mendadak di layar komputer yang
putih polos itu muncul beberapa tulisan-tulisan hangul kecil yang cukup banyak.
“Hm???” Min Rin agak membelalakkan matanya kaget, dan segera mendekatkan
wajahnya ke layar komputer untuk menatap lebih lekat tulisan itu. “Apa ini?”
tanyanya nyaris memekik saat membaca tulisan itu.
WELCOME
TO OUR WEBSITE! ARE YOU STAR World?? Please ENTER To be continue…DO YOU WANT TO
TRY IT?! IT’S MAKE YOU HAPPY, TRUST IT!
Dengan agak gemetaran, Min Rin menekan tombol enter.
Tulisan kecil di layar tadi menghilang, dan layar putih berubah menjadi background foto-foto member STAR,
membuat bola mata Min Rin nyaris membelalak lebar. Ada sebuah kotak besar di tengah-tengah background bertuliskan hangul
berwarna biru.
Banyak orang percaya dengan
kata ini : Takdir
Tapi, apa kau bisa
menjelaskan apa ‘Takdir’ itu?
Ketentuan? Nasib?
Ada yang mengatakan, takdir
tidak bisa berubah sedangkan nasib bisa berubah.
Karena takdir adalah
ketentuan Tuhan dan tak bisa diganggu gugat, sedangkan nasib itu manusia
sendiri yang harus menentukan.
Kau tak percaya takdir? Aku
pun tidak.
Karena itu, hanya ada satu cara untuk membuktikan kebenarannya..
Please ENTER, to be continue….
©2012, ₰tÃrs TEAM
Kali ini Min Rin sungguh gemetaran, hingga beberapa kali jarinya tidak
bisa menekan tombol enter karena
tidak ada tenaga. Ia benar-benar lemas sekarang. Oh, No!! Apakah ia memang sudah
bisa mengakses website ini??
Begitu Min Rin menekan tombol enter,
dengan cepat layar di komputer berubah lagi, kali dengan bentuk huruf yang
berbeda.
WELCOME to STAR’s TEAM!!
Are you Star World?
Kau ingin menjadi
Genie’s STAR?
Untuk itulah kenapa kau
bisa mengakses website kami!
Kami ucapkan selamat
pada anda!
Tidak kah kau merasa
ini takdir?
Aku rasa ini adalah
takdir! :)
Begitu sulit mengakses
situs ini, tapi kau dengan mudah melakukannya, bukan?
Silahkan isi formulir
di bawah ini, apabila kau sungguh-sungguh ingin menjadi Genie’s STAR. Mungkin
tidak ada jaminan kau akan lolos seleksi, karena kemungkinan ada orang lain
yang juga berhasil mengakses situs ini, dan tentunya kami akan benar-benar
menyeleksi orang yang tepat untuk menjadi Genie. Tapi, tidak ada salahnya untuk
mencoba, kan? Mungkin saja kau adalah orang yang bisa mengKLIK hati kami,
seperti saat kau mengKLIK situs ini ;)
FORMULIR
Nama lengkap :
Usia :
Cowok idola di
STAR :
Latar belakang
keluaragamu :
Kesukaanmu : (hal-hal yang kau suka)
Ketidaksukaanmu : (hal-hal yang tidak kau suka)
Hobby/kegemaran :
No.ponsel atau
contact yang bisa dihubungi:
==
TO
BE CONTINUE . . .
0 komentar:
Posting Komentar
Lalu, apa pendapatmu tentang ini? :)